GlobalReview-Jakarta-Salah satu tantangan yang harus dihadapi Indonesia di 2023 mendatang adalah greenwashing atau money laundry. Hal tersebut dikatakan Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati di JCC Senayan, Jakarta pada Selasa (13/12/2022), saat mewakili Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Kongres XIV Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
Dalam kesempatan tersebutm, Sri Mulyani mengatakan bahwa di berbagai negara di Eropa, pencatatan ekonomi hijau tidak kredibel, atau dengan kata lain manipulatif. “Saya sudah melihat di berbagai negara di Eropa, di mana pencatatan green economy ternyata tidak kredibel atau manipulatif,” kata Sri Mulyani.
Adanya manipulasi data tersebut, kata Sri Mulyani terjadi karena adanya standar ESG (Environmental, Social, and Governance) yang relatif masih baru. “Inilah yang kemudian menyebabkan banyaknya greenwashing atau money laundry. Jadi apakah ini adalah money laundry atau greenwashing, itu adalah tantangan yang baru,” ungkap Sri Mulyani.
- Baca Juga : UNAS selenggarakan UNAS FEST 2022
Terkait dengan kongres IAI tersebut, Sri Mulyani berharap IAI tetap menjaga integritas dan profesionalitas mengingat saat ini masih ada tantangan dan risiko yang muncul. “Praktik greenwashing atau money laundry banyak dilakukan oleh para akuntan. Banyak yang melakukan greenwashing, yang bagian nyuci-nyuci ini biasanya akuntan yang melakukan. Mereka yang nyuci-nyuci, mereka yang ditangkap oleh sesama akuntan,”kata Sri Mulyani.
Sri Mulyani berpesan bahwa para akuntan harus terus menjadi pilar yang mampu menjaga kepercayaan publik. “Akuntan tak hanya berperan sebagai value reporter, namun juga sebagai value creator dan value protector. Dengan begitu, baik masyarakat, organisasi bisnis, maupun pemerintah mampu membuat keputusan yang kredibel dan akurat dengan menjaga dari berbagai ancaman risiko yang akan terus bermunculan,” tegas Sri Mulyani.*