Connect with us

Sports

APPI Anggap Wacana Pembatasan Pemain Naturalisasi Pelanggaran HAM

Ketua Umum PSSI, Erick Thohir/Foto: twitter@erickthohir

GlobalReview-Jakarta-Sarasehan Sepak Bola Nasional telah digelar Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) di Surabaya Sabtu, 4 Maret 2023 menghasilkan sejumlah poin-poin diantaranya yakni; Pembatasan pemain naturalisasi, Penambahan kuota pemain asing, dan Jadwal kompetisi sepakbola nasional tahun 2023/2024. Tentunya hasil poin-poin tersebut di atas masih memiliki banyak catatan untuk dapat diimplementasikan nantinya.

Baca Juga : Sharp Tingkatkan Kesadaran Peduli Lingkungan Siswa Sekolah di Surabaya

Terkait dengan pembatasan pemain naturalisasi menurut Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI) dalam siaran persnya pada Senin 6/2/23 menyatakan bahwa hal itu merupakan suatu pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM), setelah seseorang dinyatakan menjadi Warga Negara Indonesia (WNI), seyogyanya ia mendapatkan hak yang sama dengan WNI lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

Hal ini tidak sejalan dengan Universal Declaration of Player Rights dan FIFA’s Human Rights Policy. Jika naturalisasi dianggap suatu polemik di sepakbola nasional, perlu dicari solusi terbaik dan bukan malah membatasi jumlahnya dalam setiap tim. Terlebih sebagian dari pemain-pemain tersebut pernah dan bahkan masih menjadi pemain aktif dari tim nasional Indonesia. Sebagian dari mereka memilih menjadi WNI karena kebutuhan dan permintaan untuk tim nasional.

Baca Juga : Menko PMK Dampingi Presiden Cek Pengungsi Kebakaran Depo Pertamina Plumpang

Perlu diperjelas tujuan adanya pembatasan bagi pemain naturalisasi, jika tujuan pembatasan pemain adalah untuk pengembangan pemain lokal, namun hal ini tidak sejalan dengan rencana penambahan kuota pemain asing.

“Hal serupa juga dengan adanya usulan Salary Cap juga perlu dikaji lebih mendalam dikarenakan FIFA juga mengarahkan untuk setiap federasi memberikan batasan salary minimum. Jika Salary Cap diterapkan menjadi suatu aturan, perlu ditambahkan regulasi menggunakan Minimum Salary agar tidak terjadinya disparitas antar pemain di Indonesia,” tulis pernyataan resmi tersebut.

Baca Juga : Pasar Perumahan 2023 Cerah, Summarecon Serpong Ajak Konsumen Tak Ragu Membeli

Hal lain yang perlu dikaji lebih lanjut juga adalah mengenai jadwal kompetisi. Tujuan untuk memberikan waktu lebih luas bagi kompetisi Liga 2 merupakan suatu program yang baik. Namun jika dilihat dari segi Timeline, akan sangat berbenturan satu dengan yang lain.

Seperti Liga 2 tahun 2023/2024 yang direncanakan akan berakhir di bulan Juni 2024, namun kompetisi Liga 1 tahun 2024 akan terselenggara bulan Juli 2024 sebagaimana akan terselenggara pada musim sebelumnya (Juli 2023), ini menandakan pemain yang promosi dari Liga 2 tahun 2023/2024 yang akan bermain di Liga 1 musim 2024/2025 hanya memiliki waktu istirahat 1 (satu) bulan saja.

Terkait hal-hal tersebut, APPI telah mengirimkan surat kepada PSSI untuk dapat dibuatkan suatu audiensi guna membahas hal-hal tersebut. Harapan agar pemain dapat dlibatkan dalam pengambilan keputusan menjadi suatu transformasi bagi sepakbola Indonesia jika ingin meningkatkan kualitas dan standar sepakbola itu sendiri jika berkaca dari sepakbola di negara-negara yang maju.

Baca Juga : Kemendikbudristek Kembali Gelar Kompetisi Film Pendek 2023 “Layar Indonesiana”

Menanggapi hal ini, Ketua PSSI, Erick Thohir menyatakan bahwa dirinya sama sekali bukan tipe pemimpin yang suka mendiskriminasi. Menurutnya wacana regulasi pembatasan pemain asing itu semata-mata merupakan hasil rembukan dari klub-klub Liga 1 dan 2 tanpa adanya intervensi PSSI.

“Saya rasa gak ada yang didiskriminasi kok. Kalau 1 klub mengukurkan naturalisasi untuk jalan singkat, prestasi itu yang kita harus ukur. Total klub liga 1 ada 18, liga 2 ada 28, sekarang liga 2 pun boleh 1 pemain naturalisasi, liga 1 boleh 1. Artinya kalau 18+28 itu sudah 46 naturalisasi, banyak. pertanyaan saya kalo kita masuk timnas ada 24 artinya dari 46 itu kita membentuk 2 tim nasional,”kata Erick di Jakarta, Selasa, 7/3/23.

“Ini kan bukan masalah diskriminasi. Saya tidak pernah diskriminasi, saya IOC member tidak mungkin saya diskriminasi. Ini aturan yang semua harus kita mainkan untuk keseimbangan,” kata Erick.*

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

More in Sports