Connect with us


Sports

Belajar ‘Pintar’ dari Si Kulit Bundar, Belajar Terima Kekalahan dari Suporter Jepang

Pendukung Jepang membersihkan stadion/Foto : sc fb @dodi mawardi

GlobalReview-Jakarta-Tak dapat dipungkiri, perhelatan olah bola, Piala Dunia Qatar 2022 telah memunculkan beragam ekspresi yang membuncah. Ada sedih, ada gembira bahkan ada yang melankolis manakala ada hal yang tak seiring keinginan.

Adalah Dodi Mawardi, mentor menulis yang juga mantan penyiar Radio Bisnis di Jakarta, coba menuangkan bagaimana kreatifitas pendukung Jepang, saat berlaga Di Piala Dunia FIFA Qatar 2022.

Selamat membaca…

Jakarta, 12 Desember 2022-Jepang, bermain hebat pada babak penyisihan Piala Dunia Qatar 2022. Jerman dan Spanyol mereka libas. Hebat sekali. Saya termasuk yang berdecak kagum atas permainan mereka. Direct football. Pegang bola langsung bergerak menuju gawang lawan. Tidak ada bermain-main di gawang sendiri.

Sayang sekali, pada babak gugur, mereka kalah dari Kroasia. Sudah unggul duluan. Dikejar lalu kalah adu tendangan penalti. Mereka lebih menguasai pertandingan. Ancaman Jepang lebih berbahaya dibanding Kroasia. Cara main mereka tidak jauh berbeda ketika menaklukkan Jerman dan Spanyol. Tapi mereka kalah. Padahal optimisme pendukung sangat tinggi. Menggebu-gebu. Mereka yakin bakal menang.

Bagaimana respons pendukung Jepang atas kekalahan itu? KECEWA. Sudah pasti. Timnya belum juga bisa lewat dari 16 besar. Sejak mereka ikut putaran final beberapa dekade silam. Kalah lagi di babak 16 besar. Atau perdelapan final. Tidak lebih. Bahkan ketika menjadi tuan rumah pada 2002 lalu. Tapi karakter baik mereka tetap terjaga.

Inilah kehebatan suporter Jepang. Meski kecewa dan sedih, mereka tetap berlaku baik. Tidak ada kekecewaan berlebihan. Tidak ada caci maki. Tidak ada ribut-ribut atau kekerasan. Mereka tetap berlaku sopan. Mereka bahkan… tetap memunguti sampah di stadion. Mereka sudah menyiapkan kantung plastik. Untuk tempat sampah. Bukan hanya bekas sampah mereka sendiri. Sampah siapa pun mereka pungut. Stadion harus kembali bersih seperti sebelum mereka datang. Luar biasa. Bagi kita.

Bagi mereka, itu hal biasa. Kebersihan sudah mendarah daging pada orang Jepang. Bukan hanya penonton, para pemain dan pelatih pun begitu. Ruang ganti tim Jepang adalah yang paling bersih dan rapi. Bukan selama mereka berada di ruang ganti. Tapi setelah mereka meninggalkannya. Pun setelah mereka kalah dari Kroasia. Dalam keadaan kecewa.

Sikap menerima kekalahan ala Jepang itu berlanjut di negaranya. Para suporter mereka menyambut pemain bak juara dunia. Meski hanya babak 16 besar. Mereka mengelu-elukan para pemain laiknya pahlawan bangsa. Kekalahan bukan kiamat. Kegagalan bukan akhir segalanya. Kegagalan dan kekalahan tak boleh mengikis karakter mulia. Karakter yang ditunjukkan para suporter Jepang.*

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.

More in Sports