
GlobalReview-Jakarta – Deputi Gubernur Bank Indonesia , Filianingsih Hendarta, bersama Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono, menegaskan pentingnya koordinasi kebijakan moneter dan fiskal. Kebijakan pengendalian inflasi, konsolidasi fiskal, dan reformasi struktural dinilai esensial guna menghadapi ketidakpastian ini dan memperkuat stabilitas makroekonomi.
Bank Indonesia menyerukan perhatian khusus terhadap efek rambatan (spillover) ekonomi global terhadap negara berkembang.
Baca Juga : BI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Hingga Akhir Tahun 2024, 5,5%, BI-Rate Tetap 6,00%
“Untuk menghadapi tantangan ini, BI menekankan peran International Financial Institution (IFIs) dalam memperkuat bauran kebijakan negara berkembang melalui dukungan multilateral yang tangguh,” ujar Filianingsih, dikutip Senin (28/10/2024).
baca Juga : Menggerakkan Ekonomi Indonesia Maju, BNI Fokus Go Global, Go Digital, Go Green
Menurutnya, kerjsama global, melalui IMF, dianggap krusial dalam melindungi stabilitas ekonomi negara-negara berkembang.
Pada aspek penguatan kerja sama, Indonesia mendukung implementasi 16th General Review of Quota yang bertujuan meningkatkan kapasitas IMF sebagai jaring pengaman keuangan global. Selain itu, Indonesia mendorong penyesuaian formula kuota IMF pada 17th General Review of Quota untuk memperkuat representasi negara berkembang.
Para pemimpin G20 sepakat untuk terus bekerja sama dalam mencapai Sustainable Development Goals (SDGs), dengan penguatan sektor-sektor penting seperti Bank Pembangunan Multilateral dan pembayaran lintas batas. Kolaborasi ini dipandang strategis untuk menciptakan peluang ekonomi yang lebih inklusif di seluruh dunia, sekaligus mendukung pemulihan ekonomi global.
Konsensus pada pertemuan G20 dan IMF menyoroti pentingnya memperkuat kerja sama multilateral demi menghadapi tantangan global secara efektif. Para pemimpin sepakat bahwa kolaborasi internasional dan dukungan bersama akan memainkan peran kunci dalam menjaga ketahanan ekonomi dunia dan mencapai pertumbuhan yang stabil.*
