GlobalReview-Bandung — Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bersama Commission On Population (PopCom) of the Republic of Philippines menyelenggarakan kegiatan bersama membahas berbagai macam permasalahan remaja yang digelar di Bandung, Jawa Barat, Senin (28/11/2022). Permasalahan remaja yang dibahas diantaranya terkait isu-isu penyalahgunaan narkoba, perilaku merokok, pelanggaran konsumsi alkohol, praktik seks pranikah, infeksi HIV/AIDS, perkawinan anak, kursus pranikah yang tidak memadai, pola asuh anak yang tidak tepat dan tingginya kasus stunting akibat pernikahan remaja.
Kepala Perwakilan BKKBN Jawa Barat Dr. Drs. Wahidin, M.Kes dalam sambutannya mengatakan, 29% total dari populasi generasi zillennial merupakan populasi terbesar dari seluruh penduduk Indonesia, yaitu 13,4 juta yang harus menjadi perhatian semua pihak.
“Untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan remaja, seperti pendidikan yang terjangkau, layanan kesehatan yang mudah diakses dan menyediakan lowongan yang memadai untuk tenaga kerja masa depan. Saya yakin kita semua ingin membangun generasi unggul yang berkepribadian unggul, kompeten di segala bidang, berketerampilan tinggi, sehat jasmani dan rohani yang akan menjadikan mereka tangguh di segala bidang,” kata Wahidin, Rabu (30/11/2022).
- Baca juga : Sambut Tahun Baru Hoshinoya Bali Suguhkan Tradisi dan Kuliner Terinspirasi Budaya Jepang
Wahidin menjelaskan, budaya Jawa Barat sangat erat kaitannya dengan praktik keagamaan. Oleh karena itu, banyak orangtua yang memilih anaknya untuk melanjutkan pendidikan yang berbasis Islam atau pondok pesantren daripada ke sekolah nasional.
Berdasarkan data dari Kementerian Agama, kata Wahidin, Jawa Barat memiliki 26.975 pesantren dengan 2,65 juta santri. Oleh karena itu, lembaga ini sangat strategis untuk melaksanakan berbagai program terkait isu remaja.
“Sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut, BKKBN telah mengembangkan berbagai program yang menyasar kelompok remaja. Genre Jawa Barat Forum, Pusat Informasi dan Konseling Remaja Berbasis Pesantren (PIK-R), Sekolah Siaga Kependudukan (SSK) berbasis pesantren, kampanye usia menikah pada usia 21 tahun, KEREN usia 25 tahun dan Triad kesadaran kesehatan reproduksi remaja, pemberdayaan masyarakat di kampung Keluarga Berkualitas, dan masih banyak lagi program yang ditargetkan di kelompok remaja,” jelas Wahidin.
Menanggapi hal tersebut, Executive Directior of The Commission On Population and Development of the Republic of Philippines Mr. Lolito Tacardon mengatakan, selama beberapa tahun ini Bangsamoro Autonomous Region in Muslim Mindanao (BARMM) telah menilai dan mendapat manfaat dari praktik, pengetahuan dan pengalaman lembaga South South Triangle Cooperation (SSTC).
- Baca juga : ITS Luncurkan-mobil-listrik-multiguna-mevits/
“Diantaranya pengarusutamaan gender dan kesejahteraan keluarga,” ujar Mr. Lolito.
Oleh karena itu Mr. Lolito mengatakan telah melakukan perencanaan awal dan telah menentukan agenda pengaturan populasi di wilayahnya tersebut. *