Connect with us

Budaya

Canangkan Negeri 1000 Megalith, Upaya Sulteng Tingkatkan Kunjungan Wisatawan & Lestarikan Peradaban Dunia

Gubernur Sulawesi Tengah, H. Rusdy Mastura melakukan grand launching Sulawesi Tengah Negeri 1000 Megalith/Ig @ptpembangunan_sulteng

GlobalReview-Poso-Pencanangan Sulteng Negeri Seribu Megalit telah dilaksanakan oleh Gubernur Sulawesi Tengah, H. Rusdy Mastura pada Rabu, (11/10/2023). Pencanangan ini akan membuat Sulawesi Tengah (Sulteng) tidak hanya dikenal sebagai daerah tambang dan ekonomi, tetapi juga dikenal sebagai daerah yang mempunyai warisan megalitikum, yang merupakan peninggalan peradaban masa lalu yang luar biasa. Secara tak langsung juga akan meningkatkan kunjungan wisatawan ke Sulteng. Berdasarkan data Dinas Pariwisata Sulteng, pada tahun 2022 jumlah kunjungan wisatawan mencapai 1,3 juta jiwa sedangkan untuk tahun 2023 kunjungan wisatawan ke Sulteng ditargetkan sebanyak 2 juta jiwa.

Dilansir dari akun instagram @ptpembangunan_sulteng, Gubernur Sulawesi Tengah @rusdy_mastura melakukan grand launching Sulawesi Tengah Negeri 1000 Megalith di Situs Cagar Budaya Megalitik Palindo Desa Kolori, Kecamatan Lore Lembah Bada, Kabupaten Poso. Bersama Bupati Poso @verna_inkiriwang turut hadir wakil dari Kementerian dan Forkompimda serta para tamu undangan yang secara langsung menyaksikan momen besar dalam sejarah peradaban budaya Sulteng menuju warisan dunia. Albertus Christian Kruyt dan Nicolas Adriani, adalah dua peneliti dari Belanda dan Amerika yang pertama kali melaporkan peninggalan budaya megalitik ini dalam buku “Van Poso naar Parigi en Lindoe” pada 1898.

Baca Juga : Summarecon Mutiara Makassar Peduli Pendidikan, Bangun Sekolah Berkualitas

“Gubernur berharap, pencanangan Sulawesi Tengah sebagai Negeri Seribu Megalit dapat memberikan efek terhadap peningkatan fiskal daerah melalui sektor pariwisata, sosial budaya dan ekonomi. Masyarakat yang berada di kawasan lembah Bada begitu antusias untuk hadir bersama di event ini dengan ikut memberikan penampilan lewat komunitas budaya. Gubernur juga menyerahkan bibit ikan dan bibit durian kepada warga,”begitu tulis akun tersebut.

Pencanangan Sulteng sebagai Negeri Seribu Megalit wajar adanya mengingat begitu banyak warisan masa lalu ini di Sulteng. Berbagai referensi menyebutkan setidaknya terdapat 349 buah batu dengan berbagai bentuk dan ukuran tersebar di Lembah Napu dan Bada, Kabupaten Poso. Ukuran tertingginya yang menyerupai manusia setinggi empat meter dengan lebar rata-rata 1,5 sampai 2,5 meter. Bentuk batunya beragam antara lain : berbentuk patung Arca, Kalamba, Tutu’na dan Dakon. Keberadaan batu-batu megalit tersebut berdasarkan penelitian arkeologi diperkirakan berasal dari 3.000 tahun Sebelum Masehi (SM) dan yang termuda dibuat sekitar 1.300 tahun SM.

Baca Juga : Konferensi Internasional PPD di Zimbabwe Soroti Isu Permasalahan Kependudukan Dunia

Sebagai wujud komitmen dan konsistensi dalam pengembangan dan pemajuan kebudayaan nasional, pasca pencanangan Negeri Seribu Megalit, sebagaimana keinginan Gubernur Sulteng, akan dilaksanakan kegiatan Seminar Megalitikum berskala Nasional dan Internasional serta pelaksanaan kegiatan Festival Tematik Megalitikum di Kawasan Tampo Lore.

Pemerintah Daerah Sulteng juga telah menetapkan Rencana Aksi Daerah (RAD) untuk tindak lanjut pencanangan Negeri Seribu Megalit yang tersusun dan terencana secara detail, yang akan membantu pemerintah daerah dalam menetapkan tahapan kerja, intervensi program serta kebutuhan penganggaran.

Rencana Aksi Daerah tersebut adalah sebagai berikut :

(1). Peningkatan akses komunikasi dan informasi berbasis Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) untuk konektivitas dengan dunia luar, agar dapat lebih memahami keberadaan tinggalan arkeologi megalit serta pola perjalanan guna menjangkau kawasan tersebut;

Baca Juga : RS PON Jakarta Gelar FGD Coordination Of Benefit antara BPJS Kesehatan dan Asuransi Swasta

(2) Pola Perjalanan Wisata disusun dengan memperhitungkan waktu perjalanan dari dan ke objek wisata megalitikum serta informasi penting lainnya yang terkait dengan sistem akomodasi dan transportasi serta suguhan atraksi tradisi budaya yang ada disekitar kawasan megalitikum;

(3) Menghimpun informasi terkait cerita rakyat dan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk menjadi pengetahuan bagi siapa saja tentang keberadaan situs-situs megalitikum, sejak awal hingga saat ini.

(4) Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang berperan sebagai pendamping atau tour guide, yang dapat memberikan informasi secara detail tentang kawasan megalitikum;

(5) Mempersiapkan sarana dan prasarana infrastruktur untuk memudahkan dan kenyamanan lalu lintas kunjungan wisatawan dari dan ke kawasan situs megalitikum;

(6) Mempersiapkan dan memperkuat ekosistem pariwisata berbasis masyarakat lokal untuk dapat menjadikan rumah mereka sebagai home stay, suguhan atraksi tradisi budaya serta menjadi sumber informasi terpercaya atau rambu-rambu sebagai petunjuk bagi meraka yang berkunjung ke kawasan megalitikum;

Baca Juga : Jasa Marga Raih Penghargaan di Ajang 5th Anniversary BUMN Awards 2023

(7) Menyusun kalender event Festival Megalitikum Berbasis Kawasan yang dikerjasamakan dengan Komunitas Seni Budaya, sebagai triger bagi kunjungan wisatawan;

(8) Melakukan kerja sama dengan perguruan tinggi dan lembaga riset baik dalam dan luar negeri, untuk pendalaman tentang kawasan dan sejarah Megalitikum;

(9) Mendorong kerja sama Media Lokal, Nasional dan Internasional untuk melaksanakan publikasi dan informasi Kawasan Megalitikum ;

(10) Menjadikan Megalitikum sebagai pengetahuan budaya dan sejarah bagi masyarakat Sulawesi Tengah melalui kurikulum muatan lokal dalam berbagai jenjang pendidikan di Sulteng.*

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

More in Budaya