GlobalReview-Gianyar-“Owner melihat potensi yang sangat besar di kawasan Pantai Keramas, Bali sehingga didirikanlah Desa Swan Villas and Spa. Dengan lokasinya yang berada di kawasan Pantai Keramas, tepatnya di Jalan Pantai Selukat, Desa Keramas, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, Bali, tempat ini sangat berpotensi mendatangkan banyak wisatawan asing. Pantai Keramas, menjadi salah satu tujuan para penghobi surfing dunia. Bahkan di tahun 2019, ada penyelenggaraan World Surfing Championship yang mengundang seluruh peselancar dari seluruh dunia berpartisipasi, tetapi karena adanya Covid-19, acara ini batal terselenggara. Namun demikian ke depan diharapkan perhelatan ini akan dilaksanakan,”demikian keterangan GM Desa Swan Villas and SPA Keramas Bali, I Nyoman Redana kepada Redaksi.
Pantai Keramas ini, memang diakui belum menjadi destinasi wisata premium di Bali, karena secara general nampaknya infrastruktur di kawasan ini tidak sempurna sekali. Tapi kedepannya, kawasan ini diyakini akan lebih bisa berkembang lagi. Oleh karenanya, berpegang pada kenyataan itu, Swan Villas and Spa, resort bintang 4 ini hadir untuk menyambut kedatangan wisatawan dengan ragam fasilitas menawan yang memang diperlukan oleh para tamunya. Masing-masing villa dirancang untuk memanjakan para tamu dengan kenyamanan dan kemewahan yang sesungguhnya.
Baca Juga : 48 Tahun Perjalanan Summarecon Membangun Kehidupan Inspirasi dan Menjadi Teman Sepanjang Waktu
Desa Swan Villas & Spa Bali menawarkan ragam koleksi villa dengan kolam renang pribadi yang luas dengan pesona dan suasana Desa Bali. Saat ini ada 94 kamar yang tertata indah dan bersih di sejumlah 24 villa dan 7 deluxe room, yang terdiri dari deluxe balcony dan deluxe room pool access. Sedangkan diantara 24 villa itu ada yang kategori 16 unit four bedroom villa, 7 villa terdiri dari three bedroom villa dan 1 unit two bedroom villa. “Fasilitas yang kami miliki tak hanya bisa digunakan untuk keluarga saja tetapi group ataupun gathering juga bisa. Kami juga menawarkan berbagai aktivitas outbond untuk mengeksplor daerah wisata di Bali, diantaranya adalah tur ke berbagai tempat wisata, arung jeram, mengendarai ATV, menunggang kuda, menyelam dan trekking,” ujar Nyoman.
Untuk lebih maksimal dan lebih tinggi lagi memberikan layanan kepada para tetamu hotel serta memberikan pilihan fasilitas yang lebih beragam, Desa Swan Villas and Spa melakukan beberapa inovasi dan rebranding. “Re-branding dilakukan manajemen internal pada 31 Agustus 2023, hal ini dilakukan karena telah berakhirnya kerjasama pengelolaan dengan pihak Pramana Experience sebagai operator hotel pada 1 Agustus 2023 dan owner tak memperpanjang kerja sama lagi. Dari awalnya bernama Desa Pramana Swan berubah menjadi Desa Swan Villas and Spa,”jelas Nyoman.
Hal yang sama diungkapkan E-Commerce Supervisor, Marista Dewi. Menurutnya, dengan re-branding tersebut, secara otomatis pengelolaan kini dilakukan oleh internal manajemen, agar dapat terus berkiprah dan siap menghadapi tantangan di tengah persaingan yang ketat yaitu dengan memperkuat Sumber Daya Masyarakat (SDM). “Selain itu, kini pemasaran dilakukan dengan tak hanya secara konvensional tetapi juga menggunakan cara-cara yang modern mengikuti perkembangan zaman mulai dari online ataupun dengan blogger. Selain itu juga dilakukan layanan yang spesial,”ungkap Marista.
Baca Juga : Hari Bakti PU Ke-78: Jaga Kepercayaan Pemerintah dan Publik dalam Membangunan Infrastruktur
“Bagi saya, walaupun bangunan terbuat dari emas dan berlian disertai fasilitas mewah dan sebagainya, tapi kalau yang memberikan servicenya tidak bagus, semua itu tidak ada artinya. Makanya di Desa Swan Villas and Spa berusaha semaksimal mungkin melayani tamu. Karena ini tanggung jawab kami sebagai tim dan membuat tamu itu merasa nyaman dan senang. Dengan begitu maka tamu akan kembali datang,”kata Nyoman.
Manajemen juga memberikan pelatihan kepada seluruh karyawan yang dilakukan secara internal ataupun eksternal berupa pendidikan yang sangat relevan dengan industri ini. Jadi pergantian nama dan manajemen harus diikuti dengan konsep yang pas dan tentunya lebih elegan. “Jika sebelumnya villa ini dikemas hanya untuk melayani wisatawan honeymoon, kini setelah berubah, kami kemas menjadi lebih menarik lagi. Kami meyakini bahwa para wisatawan pasti akan lebih senang tinggal bersama keluarga di Desa Swan Villas and Spa yang luas,” ujar Nyoman.
Pasca re-branding, Desa Swan Villas and Spa semakin menarik. Hal ini ditandai dengan banyaknya wisatawan yang datang menginap di sini. Berdasarkan catatan reservasi kata Reservation, Yunita Sari para tamu yang datang tak hanya wisatawan lokal tetapi juga wisatawan mancanegara. “Wisatawan manca negara yang datang kebanyakan berasal dari Australia, Timur Tengah, Eropa, India, China dan beberapa negara Asia lainnya,”ungkap Yunita.
Banyaknya wisatawan yang datang secara otomatis membuat tingkat isian tamu (okupansi) Desa Swan Villas and Spa berada di angka 85% rata-rata. “Terjadi peningkatan yang luar biasa untuk tingkat keterisian kami pasca re-branding. Angka ini lebih besar dibandingkan tahun 2019. Pada tahun 2020 hingga 2022, walaupun terimbas covid-19 yang memangkas isian kamar, kami optimis hingga akhir tahun 2023 angka isian kamar kami masih tetap tinggi,”jelas Nyoman.
Baca Juga : Lomba Presenter Tingkat Nasional Memperingati HUT ke-86 Kantor Berita Antara di Bogor
Desa Swan Villas and Spa pernah mengalami masa sulit saat terimbas covid-19, namun dengan kecerdikan dan berpikir cepat manajemen yang dinahkodai putra daerah, I Nyoman Redana, resort yang diprediksi akan berkembang seperti kawasan Kuta atau Canggu ini, pulih lebih cepat dibandingkan usaha sejenis di kawasan Bali. Manajemen melakukan kerjasama untuk menjadi tempat penampungan suspect covid-19 karena melihat saat itu banyak hotel di kawasan pemukiman yang akan dijadikan tempat penampungan ditolak masyarakat.
“Saat pandemi Covid-19 melanda, awalnya kami tenang-tenang saja karena merujuk arahan para ahli yang mengatakan imbasnya tak akan lama dan segera recovery. Namun nyatanya, semua lini bisnis termasuk perhotelan tak hanya di Indonesia tetapi juga di dunia bergejolak. Kami berpikir keras, bagaimana caranya agar kami tetap beroperasi tanpa menghentikan aktivitas dan tanpa memulangkan karyawan. Salah satu cara yang kami lakukan adalah melakukan kerjasama dengan regulator dan pihak terkait untuk menampung para suspect di tempat kami, namun tetap dengan protokoler yang ketat, dengan cara ini, isian kamar tetap terjaga walaupun terkoreksi di kisaran 70%. Kala Covid-19 melanda karyawan mendapat gaji setengah. Ini lebih baik ketimbang dirumahkan dan kami tak beroperasi,”jelas Nyoman.
Baca Juga : Menparekraf Dorong Kabupaten Banggai Hadirkan Event Sport Tourism Perkuat Daya Tarik Wisata
Saat covid-19 melanda dan suspect itu harus ditampung, manajemen berpikir tidak hanya dari sisi kemanusiaan saja, tetapi juga memperhitungkan biaya-biaya yang kami keluarkan untuk operasional, mulai dari biaya listrik, biaya makan dan minum sampai biaya tenaga kerja. “Semua ini kami perhitungkan sehingga operasional perusahaan tetap berjalan dan yaitu tadi, yang terpenting adalah karyawan tidak di rumahkan dan masih bisa beraktifitas kembali, ini terjadi pada tahun 2020. Namun di pertengahan tahun 2021 situasi sudah mulai berubah, saat itu di dunia internasional sudah mulai berubah untuk pengecatan dari imbas pandemi ini para wisatawan internasional sudah mulai berdatangan namun dengan protokoler yang tepat dan ketat, jadi bila ada yang terindikasi suspect maka harus segera di karantina “ungkap Nyoman.
Menurut Nyoman dengan situasi seperti itu dirinya mendaftarkan Desa Swan and Spa untuk menjadi tempat penampungan di provinsi Bali. Sehingga mendapat sertifikat dari BPBD Bali sebagai tempat penampungan suspect covid-19.
Baca Juga : Menko PMK: Kesehatan sebagai aspek utama mencapai Indonesia Emas 2045
“Karena saat itu banyak tamu asing yang terimbas covid 19 untuk kategori Delta, maka mereka ditampung di Desa Swan Villas and spa, sehingga secara otomatis tempat kami menjadi full, “jelas Nyoman.
Dengan adanya tempat karantina bagi suspect kata Nyoman, ada pemasukan sehingga Desa Swan Villas and Spa bisa me-maintenance dan tetap beroperasional seperti biasa. Saat masa karantina itu, manajemen membuat 3 ring villa untuk para suspect. Villa-villa di Utara dikategorikan sebagai Red Zone Area yaitu kategori tempat para suspect, ini tidak boleh diganggu. Sedangkan di villa yang di Tengah masuk kategori Yellow Zone Area yang artinya kalau di villa utara sudah penuh, boleh bergeser ke area kuning dan yang paling Selatan dekat dengan pantai adalah Green Zone Area adalah orang-orang yang fit dan sehat, tidak suspect.
Namun demikian bila memang terjadi booming covid-19 lagi pada saat itu, maka semua area akan dijadikan Red Zone Area sehingga kami bisa menampung semua para suspect. Ini antisipasi yang dilakukan manajemen. Pada saat itu para suspek tidak hanya warga negara asing atau wisatawan tetapi banyak juga warga lokal terutama dari perusahaan-perusahaan seperti Pertamina dan lainnya, bahkan yang lebih lucu lagi setelah masa karantina yang lamanya 7 sampai 14 hari atau 1 hingga 2 bulan berakhir, ternyata masih banyak para suspect yang tidak mau pulang, mereka merasa betah stay di Desa Swan Villas and Spa ini, dengan dalih masa pemulihan.
Baca Juga : Melindungi dan Merehabilitasi Mangrove Bersama Masyarakat Melalui Pemberdayaan
“Jadi pada saat itu, kami sempat berpikir semakin banyak para suspect covid-19, kami kok jadi semakin full book untuk isian kamar lebih dari 70%, ini hikmahnya ada covid-19 dan adanya keberanian dari pihak kami untuk mengantisipasinya. Kami sangat bersyukur atas hal ini,”jelas Nyoman.
Kini, Desa Swan Villas and Spa semakin eksis di industri hotel di kawasan Bali, wisatawan semakin banyak datang untuk berlibur yang berujung pada peningkatan hunian kamar. Meraka tak hanya menginap dan berwisata tetapi juga menikmati sajian makanan dan minuman yang diberikan.
“Kami punya Swan Restaurant Keramas, bangunannya terbuat dari kayu yang terinspirasi oleh arsitektur tradisional Bali. Selain menu, restoran ini juga menawarkan pemandangan pantai dengan hamparan pasir yang berkilauan serta deburan ombak yang menawan ditambah dengan adanya pemandangan Kepulauan Penida di cakrawala. Restauran kami ini menyajikan perpaduan masakan internasional dan hidangan lokal, berfokus pada penggunaan produk lokal yang segar dan praktik keramahtamahan yang berkelanjutan,”jelas Nyoman.
Baca Juga :Hadir di Acara Uji Publik Monev KI Pusat, KPU Dorong Keterbukaan Informasi Pemilu dan Pemilihan 2024
Swan Restaurant Keramas menawarkan sajian sarapan, makan siang, dan makan malam setiap hari dari pukul 07.00 hingga 22.00 WITA. Ditempat ini pula setiap akhir pekan, ada pertunjukan tari tradisional Bali yang memukau. “Kami juga menyediakan tempat pernikahan semi outdoor. Selain itu di Swan Restaurant para tamu juga bisa melakukan pertemuan bisnis, resepsi pernikahan, makan malam berkonsep gala dinner yang megah atau mengadakan pesta pribadi. Kami bisa menampung hingga 200 tamu untuk resepsi berdiri. Jika tak ingin di pinggir laut, tamu juga bisa melakukan resepsi pernikahan, makan malam, atau pesta pribadi, menampung hingga 35 tamu untuk standing reception di pinggir kolam renang pribadi,”papar Nyoman.
Selain restoran yang siap siaga melayani tetamu, Nyoman mengatakan pihaknya juga menyediakan layanan SPA atau pijat relaksasi. “Dengan The SPA by Desa Swan Villas yang tenang, para tamu dapat menikmati berbagai perawatan khas yang menggabungkan bahan-bahan herbal lokal dan terapi tradisional Bali. Perawatan bisa dinikmati di dalam privasi vila sendiri atau di spa hotel yang dirancang dengan indah,”pungkas Nyoman.*