Jakarta, – Ekonomi China terus menunjukkan pelemahan. Negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia ini, mengalami perlambatan konsumsi masyarakat. Produksi pabrik-pabrik pun juga melemah. Tak hanya itu, pertumbuhan investasi di negeri panda ini juga dalam rekor terendahnya.
Penyebab utama lesunya ekonomi China ini adalah perang dagang yang terjadi dengan Amerika Serikat (AS).
Dilansir dari AFP, Kamis (14/11/2019), data resmi pemerintah memperlihatkan, penjualan ritel di Oktober tumbuh 7,2% atau turun 0,6% dibandingkan bulan sebelumnya.
Biro nasional statistik China menyatakan produksi sektor industri turun menjadi 4,7% pada Oktober dari 5,8% pada bulan sebelumnya. Sementara investasi fixed-asset dalam 10 bulan pertama di 2019 hanya tumbuh 5,2% atau terendah sejak 1998.
China disebut tengah menghadapi situasi ekonomi yang kompleks, dengan tekanan penurunan di dalam negerinya. Para analis memberi peringatan ekonomi China bisa menghadapi kondisi terparah dalam tiga dekade terakhir.
“Pelemahan lanjutan bisa terjadi lagi,” kata Martin Lynge Rasmussen dari Capital Economics. Dia berharap ada kebijakan pelonggaran moneter lebih lanjut di China.
Pemerintah dan bank sentral China mulai membuka rangkaian kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, seperti pemangkasan pajak dan penurunan suku bunga acuan.
Data negatif juga ditunjukkan pada harga barang yang diproduksi pabrik-pabrik di China, yang dalam angka terendah dalam tiga tahun terakhir. Harapan penyelamat ekonomi China adalah kesepakatan dagang akan terjadi dengan AS.
