GlobalReview-Jambi – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan mengungkapkan revitalisasi Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muaro Jambi di Provinsi Jambi diharapkan dapat memberi dampak yang signifikan bagi masyarakat sekitar, terutama dalam bidang ekonomi.
Adapun yang akan menjadikan fokus utama revitalisasi adalah pemberdayaan masyarakat, sehingga dalam revitalisasi, masyarakat menjadi pelaku utama.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh Kemendikbudristek adalah mengadakan pelatihan wirausaha bagi masyarakat setempat untuk berjualan di Pasar Dusun Karet (Paduka), yang berada di dalam kompleks KCBN Muaro Jambi. Luapan Sungai Batanghari dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berjualan sebagai pengganti usaha masyarakat yang belum terencana di wilayah tersebut dengan menggunakan sampan atau perahu.
“Kita bekerja sama dengan dunia usaha, kita latih manajemen tentang UMKM dengan salah satu bank di Indonesia. Setelah kita latih di suatu tempat pelatihan, tahun kemarin kita bawa studi komparasi di pasar,” kata Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah V Jambi Agus Widiatmoko di Kompleks Situs Candi Muaro Jambi, Sabtu (3/2).
Baca juga: Mengenal Situs Candi Muaro Jambi sebagai Pusat Pendidikan Budhisme di Masa Lampau
Sekitar 30 orang warga setempat yang dilatih dalam pelatihan tersebut diajari membuat makanan tradisional tanpa bahan pengawet. Selain itu, peserta juga dilatih untuk tidak berjualan menggunakan kantong plastik.
“Tahun kemarin kita bawa studi komparasi ke Pasar Pakingan Temanggung, mereka ikut berdagang, kemudian mereka ikut belajar membuat kue tanpa pengawet. Mereka juga belajar untuk peduli lingkungan, yaitu berjualan tanpa plastik,” ungkapnya
Kemudian, sambungnya, masyarakat setempat juga dilibatkan dalam pengelolaan buah-buahan, terutama buah durian dan dukuh, mulai dari proses pemeliharaan, panen, hingga jual beli dan pelelangan dari buah yang dihasilkan oleh pepohonan yang berada di kawasan KCBN Muaro Jambi.
“Kemarin, hasil dukuh ini kita lelang, nah itu dapat uang Rp700 juta, kemudian dipotong untuk (keperluan) macam-macam, (lalu) disetor ke negara, ke kas negara sekitar Rp600 juta,” ujar Agus
Salah satu pedagang di Paduka adalah
Kasmawati (45 thn) seorang ibu yang sehari-hari sebagai koordinator pedagang pasar apung mengatakan masyarakat menilai revitalisasi ini berikan dampak positif terhadap masyarakat sekitar.
Penghasilan masyarakat meningkat karena luapan Sungai Batanghari yang merendam di kawasan Candi Muaro Jambi.
Pasalnya, para pelaku UMKM memanfaatkan banjir dengan menjadikan tempat baru lokasi wisata yakni pasar terapung.
Baca juga: Kemendikbudristek Targetkan Revitalisasi Candi Muaro Jambi Selesai Tahun 2024
Keberadaan pasar apung ini banyak dikunjungi masyarakat dari berbagai daerah. Hadirnya wisatawan telah menjadi ladang rezeki bagi para pedagang di pasar. Mereka biasa menawarkan berbagai buah-buahan hasil kebun.
Selain itu, beberapa pedagang juga menjual kuliner khas daerah seperti ketan jando, nasi ketan, kue durian dan berbagai jenis lainnya. Untuk harga sangat terjangkau mulai dari 2 ribu hingga 5 ribu rupiah per satu porsi.
“Pasar terapung telah hadir 11 Januari lalu, wisatawan bisa menikmati pasar terapung dimulai pukul 10 pagi hingga pukul 6 sore,” kata dia.
Kasmawati berharap adanya Paduka di kawasan KCBN Muaro Jambi ini dapat dilestarikan, sehingga semakin banyak masyarakat yang datang berkunjung, dan dapat meningkatkan ekonomi warga setempat.
Baca juga: Program Praktisi Mengajar 2024 Dibuka, Kemendikbudristek Gelar Sosialisasi dan Bimtek
Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah V Jambi Agus Widiatmoko mengemukakan dalam waktu dekat, pihaknya akan mengajak sejumlah masyarakat untuk melakukan studi ke Vietnam guna mempelajari bagaimana masyarakat di tepi Sungai Mekong dapat melestarikan kebudayaan sekaligus memanfaatkan nilai ekonomisnya, untuk dapat diterapkan di wilayah KCBN Muaro Jambi yang berada di tepi Sungai Batanghari tersebut.
“Kenapa diajak ke Vietnam, di sana di pinggiran Sungai Mekong, bukan hanya sebagai destinasi wisata, mereka mengangkat kearifan lokal dan juga memberi manfaat ekonomi mereka,” tutupnya.