Kemdiktisaintek Dorong Program Kosabangsa Berikan Solusi Nyata untuk Masyarakat

Wamendiktisaintek Fauzan menghadiri kegiatan Apresiasi Dosen Berdampak di Universitas Sariputra Indonesia Tomohon, Sulawesi Utara, Jumat (14/11)/fto: hms

GlobalReview-Jakarta – Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemdiktisaintek) berupaya mengoptimalisasi penelitian dan pengabdian, agar berdampak kepada masyarakat. Hal ini menjadi wujud nyata implementasi tridarma perguruan tinggi.

Kota Manado sebagai pusat perekonomian di Sulawesi Utara masih dihadapkan pada berbagai persoalan sosial dan ekonomi yang membutuhkan intervensi kebijakan serta penelitian terapan. Angka pengangguran terbuka di kota ini mencapai 8,51%, disusul Kota Tomohon sebesar 7,80%, dengan total 83,13 ribu penduduk yang menganggur pada Februari 2025. Dalam bidang pendidikan, Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi di Provinsi Sulawesi Utara baru berada pada angka 35%, menunjukkan perlunya perluasan akses pendidikan guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Sebagai bentuk komitmen tersebut, Kemdiktisaintek terus mendorong peran kampus, dalam memberikan solusi terhadap permasalahan di masyarakat. Salah satu upayanya diwujudkan melalui Program Kosabangsa (Kolaborasi Sosial Membangun Masyarakat), yang mengedepankan kontribusi nyata insan pendidikan tinggi dalam peningkatan kesejahteraan dan pembangunan masyarakat melalui penerapan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya.

Baca juga: Revitalisasi dan IFP di Banjarbaru, Dorong Murid Lebih Antusias Belajar

Dalam rangka penguatan program ini, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Fauzan menghadiri kegiatan Apresiasi Dosen Berdampak di Universitas Sariputra Indonesia Tomohon, Sulawesi Utara, Jumat (14/11).

“Pendidikan tinggi harus mampu berinovasi untuk menjawab persoalan-persoalan sosial yang terjadi,” ujar Wamen Fauzan.

Lebih lanjut, Wamen Fauzan juga memberikan apresiasi khusus kepada dosen berdampak yang telah mengimplementasikan tridarma secara utuh. Ia menilai bahwa kontribusi tersebut tidak hanya memberikan manfaat langsung kepada masyarakat, tetapi juga menjadi teladan bagi sivitas akademika lainnya.

“Ini adalah prestasi akademik yang memiliki tanggung jawab moral karena sifat ilmu itu harus diamalkan atau ditularkan. Maka saya datang untuk menyampaikan selamat kepada Mbak Nindy. Ini dimaksudkan untuk menjadi benih yang subur, yang dampaknya akan diikuti oleh benih yang lain,” tambahnya.

Baca juga: Produk Farmasi dan Kosmetik Indonesia Buktikan Kualitas, Tembus Ekspor ke Puluhan Negara

Pada kesempatan yang sama, Rektor Unsrit, Anggela A. Adam, menyampaikan sambutan dan apresiasi atas kehadiran Wamendiktisaintek.

“Selamat datang di Universitas Sariputra Indonesia Tomohon, ini menjadi suatu semangat yang baru bagi kami untuk terus menjadi perguruan tinggi yang unggul dan berdampak,” tutur Rektor Anggela.

Revitalisasi Usaha Nelayan dan Peternak

Salah satu Dosen Berdampak, Nindy Gaby Sepang, Dosen Pendidikan Fisika, Unsrit melakukan program pengabdian dengan judul Revitalisasi Usaha Kelompok Nelayan dan Peternak Kelurahan Bahoi, Pulau Tagulandang Pasca Bencana Erupsi Gunung Ruang melalui implementasi teknologi pengering ikan.

Baca juga: KPPTI 2025: Puncak Kolaborasi Insan Pendidikan Tinggi Transformatif menuju Indonesia Emas 2045

Nindy Gaby Sepang menegaskan bahwa kehadiran perguruan tinggi di tengah masyarakat merupakan wujud nyata tridarma yang harus memberikan dampak langsung. Berdasarkan hasil pendampingannya di Tagulandang, intervensi berbasis riset terbukti mampu menjawab kebutuhan warga pascabencana.

“Sebagai dosen, tugas kami bukan hanya mengajar, tetapi menjalankan tridarma, yaitu pengajaran, penelitian, dan pengabdian. Saya tidak mengharapkan hal yang lebih, saya ingin menerapkan inovasi yang saya miliki dan memberikan dampak nyata bagi seluruh warga Indonesia, khususnya di Sulawesi Utara,” ujar Nindy Gaby Sepang.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa berbagai teknologi tepat guna telah dihadirkan untuk mempercepat pemulihan ekonomi masyarakat terdampak.

“Untuk nelayan, kami memberikan jaring, freezer penampungan, dan alat pengering putar yang mempercepat proses pengeringan ikan roa dari 12 jam menjadi 6–8 jam. Untuk peternak, kami membangun kandang koloni, mengajarkan formulasi pakan berbahan limbah ikan, serta menyediakan alat penetas telur dengan tingkat keberhasilan hampir 100 persen. Semua inovasi ini masih digunakan masyarakat hingga sekarang,” jelasnya.

Melalui kegiatan ini, Kemdiktisaintek mengajak seluruh pihak memperkuat sinergi antara bidang penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Dengan pemanfaatan hasil riset unggulan perguruan tinggi yang relevan dengan kebutuhan warga, diharapkan peran perguruan tinggi dalam pembangunan bangsa dapat semakin optimal.*