
GlobalReview-Jakarta – Direktorat Jenderal Sains dan Teknologi (Ditjen Saintek), Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek), menggelar pembekalan bagi 337 para penerima Beasiswa Indonesia Maju (BIM) Angkatan 4 dan Beasiswa Garuda Gelombang Pertama di Gedung D Kemdiktisaintek, Jakarta, Senin (16/6). Dari jumlah tersebut, 325 peserta akan menjalani studi di luar negeri, sementara 12 lainnya melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi dalam negeri.
Dalam sambutannya, Wamendiktisaintek Stella Christie menegaskan bahwa program ini merupakan bentuk nyata negara dalam mencetak talenta unggul yang mampu bersaing di kancah global, sekaligus berkontribusi nyata dalam pembangunan nasional.
“Kita tidak hanya mengirim mahasiswa ke luar negeri, tapi kita sedang menyiapkan masa depan Indonesia. Oleh karena itu, Ditjen Saintek memastikan bahwa para penerima beasiswa tidak hanya siap secara akademik, tetapi juga secara mental, sosial, dan budaya,” ujar Wamen Stella.
Baca juga: Kemdiktisaintek Perkuat PTS Lewat Program PP-PTS 2025, Fokus pada Infrastruktur Pembelajaran
Wamen Stella mengatakan sebagian besar peserta memilih program studi di bidang Sains, Technology, Engineering, dan Mathematics (STEM). Pilihan ini sejalan dengan arah kebijakan pemerintah dalam memperkuat kapasitas sumber daya manusia di sektor-sektor strategis demi mewujudkan kemandirian bangsa dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
“Beasiswa adalah salah satu perjuangan bersama, yang tentu saja dimulai dari kalian, untuk itu Saya mengucapkan selamat yang sebesar-besarnya. Beasiswa juga merupakan perjuangan dan harapan pemimpin bangsa kita, Bapak Presiden Prabowo. Beliaulah yang mencetuskan Program Sekolah Garuda, karena beliau ingin memberikan akses dan peluang bagi the best and the brightest dari Indonesia. Adanya beasiswa pada hari ini adalah pemikiran dan harapan dari pemimpin bangsa kita, juga dari guru-guru, orang tua, dan dari seluruh rakyat Indonesia. Yang utama, kalian harus berbuat maksimal untuk mencapai dan merealisasikan potensi diri kalian sendiri,” tutur Wamen Stella.
Turut hadir di kesempatan itu, Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Atip Latipulhayat, Gubernur Lemhannas TB Ace Hasan Syadzilie, Wakil Ketua Komisi X DPR Lalu Hadrian, Direktur Utama LPDP Andin Hadiyanto, Direktur Jenderal Sains dan Teknologi Ahmad Najib dan Dirjen Pendidikan Islam Kemenag Suyitno.
Sementara Mendiktisaintek Brian Yulianto pada sambutannya secara daring karena sedang menjalankan tugas negara ke Rusia, mendampingi Presiden Prabowo mengatakan, “Kalian hadir sebagai harapan. Sebagai Talenta Garuda bukan sekedar mahasiswa yang berangkat belajar ke luar negeri. Kalian semua adalah duta bangsa. Pengetahuan yang kalian serap harus menjadi energi perubahan. Kita jangan hanya menjadi penonton kita mesti menjadi pemain utama.”
Brian mengingatkan cita-cita Indonesia maju bukan sekadar slogan karena merupakan panggilan sejarah. “Kita semua ingin Indonesia maju secara teknologi ,mandiri, dan berdaulat secara ekonomi. Dan kunci semua itu nantinya berada ditangan kalian semua,” tandas Brian.
Dalam sambutannya Gubernur Lemhanas Ace Hasan Syadzilie mengingatkan para peserta yang akan menjadi diaspora di luar negeri mesti kembali ke tanah air memberi kontribusi bagi NKRI.
“Jangan nantinya kalian cemerlang di luar negeri namun juga bersinar di dalam negeri. Kalian adalah duta intelektual bangsa. Tunjukan kita bukan penonton sejarah tapi pelaku sejarah,” tegasnya.
Ace yang juga Ketua Ikatan Alumni UIN Jakarta ini juga menyoroti terjadinya fenomena brain drain yang mengacu pada laporan Bank Dunia diperkirakan sekitar 10 persen diaspora Indonesia di luar negeri tidak berkontribusi untuk SDM di NKRI.
“Jadi sebagai generasi penerus kalian dapat bertransformasi untuk NKRI. Kalian kelak kembali ke tanah air menjadi pelaku sejarah dan bukan penonton. Pulang tidak hanya membawa ijazah juga membawa perubahan untuk Indonesia bahwa kita sejajar dengan bangsa bangsa lain,” tukas Ace.
Baca juga: Menkes: Masalah kesehatan gigi perlu menjadi perhatian
Wamendikdasmen Atip juga mengingatkan para pejuang dan pendiri bangsa pada masanya belajar ke luar negeri kembali ke tanah air berkontribusi untuk negeri. “Mereka memperjuangkan kemerdekaan dan membangun bangsa seperti bapak proklamator kita Muhammad Hatta,” cetusnya.
Wakil Ketua Komisi X, Lalu Hadrian Irfani, turut mendukung program ini. Ia menegaskan bahwa Komisi X berkomitmen memperjuangkan beasiswa sebagai instrumen kedaulatan SDM dan akses pendidikan global yang adil. Selain itu, ia menekankan pentingnya kontribusi mahasiswa sebagai representasi bangsa di forum internasional serta perlunya reintegrasi lulusan luar negeri ke dalam pembangunan nasional.
“Kami harapkan bukan hanya transkrip yang gemilang tapi juga legacy, kontribusi, jejaring global, dan gagasan orisinal untuk tanah air,” ungkapnya.
Acara pembekalan ini menghadirkan dua narasumber inspiratif, yaitu Andi Permana, guru besar termuda Universitas Hasanuddin dan Dewi Nur Aisyah, Technical Advisor for Primary Care and Disease Control di Digital Transformation Office, Kementerian Kesehatan RI. Keduanya memberikan wawasan dan pengalaman tentang kepemimpinan, integritas, inovasi, dan kesiapan menghadapi tantangan global dalam bidang akademik maupun profesional.
Setelah menyelesaikan pendidikan, para penerima diharapkan dapat kembali ke tanah air dan mengambil peran strategis dalam pengembangan inovasi, dan kebijakan di bidang sains dan teknologi. *
