GlobalReview-Jakarta – Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) menggelar Rapat Koordinasi Regional Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem 2024 pada Senin (5/8/2024). Rakor ini bertujuan untuk menyelaraskan strategi dan langkah konkret dalam mengurangi angka kemiskinan ekstrem di Indonesia.
Baca juga: ICATI Selenggarakan Kegiatan Pameran Pendidikan Tinggi “2024 THEFI” di 5 Kota Besar
Usai memimpin Rakor, Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesejahteraan Sosial Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Nunung Nuryartono mengatakan dalam Rakor ini para pemangku kepentingan dari tingkat pusat hingga daerah bekerja sama untuk merumuskan solusi efektif guna mencapai target penghapusan kemiskinan ekstrem di tahun 2024.
“Fokus utama diskusi adalah pada integrasi program sosial, peningkatan akses pendidikan dan kesehatan, serta penguatan ekonomi masyarakat melalui pemberdayaan dan pelatihan keterampilan,” kata Nunung Nuryartono.
Baca juga: Menko PMK Bertemu Petani Jagung di Ponorogo
Ia berharap langkah-langkah ini dapat membawa perubahan signifikan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin di seluruh Indonesia.
“Dalam lima bulan ke depan, pemerintah akan memusatkan upaya pengentasan kemiskinan pada masyarakat di pesisir pantai dan sektor pertanian. Kita lihat di antaranya wilayah-wilayah pesisir itu ternyata menjadi salah satu hotspot. Kemudian juga ada wilayah-wilayah yang notabene menghasilkan komoditas pertanian, tentunya ini menjadi PR kita bersama,” ungkapnya.
Baca juga: Terapkan Teknologi AI pada Layanan Kesehatan, Kemenkes Jalin Kerjasama dengan Harrison AI
Selain itu, pemerintah pusat dan daerah juga melakukan pemetaan terhadap penduduk lanjut usia (lansia) dan disabilitas tidak produktif untuk diberikan bantuan. Pemerintah kabupaten/kota telah menganggarkan dana untuk percepatan ini, dan pemerintah pusat akan melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala.
“Salah satu cara yang diupayakan adalah mendorong agar pemerintah daerah setempat menghasilkan komoditas yang tidak hanya berbentuk bahan mentah saja, seperti kopi dan karet, agar dapat menyerap tenaga kerja,” tutup Nunung Nuryartono. *