Timika (ANTARA) – Kerukunan Keluarga Besar Manggarai (KKBM) Mimika, Provinsi Papua, ikut peduli dengan bencana banjir bandang dan tanah longsor yang menimpa sejumlah wilayah di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) melalui pengiriman bahan kebutuhan pokok untuk membantu para korban yang tertimpa bencana.
Koordinator penggalangan dana bantuan bencana Manggarai Barat, Kanisius Djehabut di Timika, Selasa (12/3), mengatakan kegiatan penggalangan bantuan bencana Manggarai Barat merupakan prakarsa Ketua Kerukunan Keluarga Besar Manggarai (KKBM) Mimika, Thobias Mbeong.
"Warga Manggarai yang ada di Mimika ikut prihatin dengan bencana banjir bandang dan tanah longsor yang terjadi di beberapa titik di Kabupaten Manggarai Barat sampai menimbulkan korban jiwa, belum terhitung kerugian material. Bencana tersebut menggugah rasa kepedulian warga Manggarai, warga Flobamora (NTT) dan semua pihak untuk menyumbangkan sebagian dari berkat yang mereka punya untuk membantu saudara-saudara yang tertimpa musibah di Manggarai Barat," kata Kanisius.
Bantuan kemanusiaan tahap pertama telah dikirim ke Manggarai Barat pada Senin (11/3) untuk membeli bahan kebutuhan pokok berupa 10 karung beras, mie instan sebanyak 50 karton, air mineral, sayur-mayur dan lainnya untuk kebutuhan para pengungsi yang saat ini ditampung di Posko Pengungsian Kantor Bupati Manggarai Barat di Labuan Bajo.
Kanisius mengatakan warga Manggarai di Mimika terus membuka donasi dari semua pihak untuk membantu korban bencana alam di Manggarai Barat mengingat saat ini warga pengungsi di daerah bencana sangat membutuhkan sembako.
Warga Manggarai dan pemuda Flobamora Mimika berencana menggelar konser amal untuk penggalangan dana bantuan bagi korban bencana alam di Manggarai Barat tersebut.
Wakil Bupati Manggarai Barat, Drh Maria Geong yang dihubungi Antara dari Timika, Selasa, mengatakan Pemkab Manggarai Barat kini sangat membutuhkan bantuan dan uluran tangan dari berbagai pihak untuk melewati masa kritis.
"Kami merasa sangat dibantu oleh keluarga besar Manggarai yang ada di Timika karena mereka begitu peduli melihat situasi yang sedang melanda Kabupaten Manggarai Barat dengan langsung mengirimkan bantuan logistik, khususnya bahan makanan. Kami sudah terima dengan senang hati, sekecil apapun bantuan itu sangat berguna bagi masyarakat yang saat ini membutuhkannya," ujar Maria.
Pemkab Manggarai Barat, katanya, tidak bisa berjalan sendirian menghadapi situasi bencana alam yang terjadi sekarang ini.
"Walaupun jauh di Papua, ternyata keluarga besar Manggarai tetap memberikan perhatian terhadap situasi yang kami alami di Manggarai Barat," jelasnya.
Lokasi bencana terparah, katanya, terdapat di Jalan Lintas Flores dari Wae Mese-Nobo sampai di Ciko Nobo dan berakhir di Wae Lia diantara Kecamatan Komodo dengan Kecamatan Mbeliling. Di lokasi itu, terjadi longsor besar-besaran yang memutuskan akses utama Lintas Flores dari Ruteng menuju Labuan Bajo. Beberapa infrastruktur jembatan di lokasi itu juga putus diterjang banjir bandang.
Di Kecamatan Komodo terdapat lima desa dan satu kelurahan terendam air lantaran banjir bandang kiriman dari wilayah pegunungan. "Pemukiman terendam air semua sehingga banyak pengungsi mengungsi ke Kantor Bupati," kata Maria.
Sementara itu di Kecamatan Mbeliling terdapat dua desa terparah yaitu Desa Tondong Belang dan Desa Cunca Lolos. Di Desa Tondong Belang terdapat delapan warga yang meninggal dunia karena tertimbun tanah longsor dan enam rumah yang hancur, beberapa jembatan juga dilaporkan hancur.
Hingga kini masih terdapat 200-an pengungsi masih bertahan di Kantor Bupati Manggarai Barat, dari awalnya sekitar lebih dari 300-an jiwa. Sebagian besar kaum laki-laki telah kembali ke rumah mereka untuk melihat kondisi rumah mereka pascaterendam banjir.
Pemkab Manggarai Barat membuka dapur umum di Kantor Bupati Manggarai Barat di Labuan Bajo untuk menyediakan bahan makanan kepada para pengungsi.
Sementara warga yang tertimpa bencana di Desa Tondong Belang dan Cunca Lolos masih bertahan di desa mereka lantaran untuk bisa ke Labuan Bajo harus ditempuh dengan berjalan kaki berkilo-kilometer selama beberapa jam.
"Hanya ada tiga kepala keluarga yang mengungsi ke Labuan Bajo. Yang lain masih tinggal di Desa Tondong Belang dan Cunca Lolos. Makanya kami dari Pemkab Manggarai Barat mengirim bantuan secara manual ke sana dengan cara dipikul ke Nobo dan ke Culu," jelas Maria.
Pemkab Manggarai Barat masih membutuhkan uluran tangan dari berbagai pihak untuk membantu meringankan beban para pengungsi dan warga yang tertimpa bencana di daerahnya.
"Kami senang sekali kalau ada kepedulian dari warga Manggarai di perantauan karena kami sangat membutuhkan bantuan sembako dan bahan kebutuhan pokok selama masa kritis ini. Apalagi sekarang Pemkab Manggarai Barat juga fokus untuk perbaikan infrastruktur yang rusak. Dibutuhkan waktu beberapa minggu ke depan untuk menanganinya dengan harapan tidak ada lagi longsor atau banjir susulan. Itu semua sangat tergantung kondisi cuaca. Sampai sekarang cuaca di Manggarai Barat masih hujan," jelas Maria. ***3***
Pewarta: Evarianus Supar
Editor: Ridwan Chaidir
COPYRIGHT © ANTARA 2019