GlobalReview-Jakarta-Statistik industri transportasi udara nasional, terutama dari sisi maskapai penerbangan berjadwal dan tidak berjadwal (carter) pada tahun 2025 cenderung menurun dibanding tahun 2024 dan masih belum dapat kembali (rebound) seperti kondisi normal sebelum pandemi Covid-19. Akibatnya, konektivitas nasional yang ditopang transportasi udara dalam menghubungkan masyarakat dan pengiriman logistik antar pulau menjadi tidak maksimal.
Kondisi tersebut kata Ketua Umum INACA (Indonesia National Air Carriers Association), Denon Prawiraatmadja dalam Laporan Akhir Tahun 2025 yang diterima Redaksi, Selasa, 30/12/25, tidak bisa diselesaikan secara parsial, tetapi diperlukan political will dari pemerintah untuk menyehatkan industri penerbangan secara menyeluruh dalam rangka meningkatkan konektivitas transportasi dan mendorong pertumbuhan perekonomian nasional.
Baca juga: Rayakan Tahun Baru, Ancol Donasikan 10% Penjualan Tiket untuk Korban Bencana di Sumatra
Selama Januari – September 2025, data statistik penerbangan berjadwal yang dirangkum INACA mencatat penumpang domestik berjumlah 46,7 juta penumpang atau 71% dibanding tahun 2024 yang sebanyak 65,8 juta penumpang. Diprediksi sampai akhir tahun 2025 jumlah penumpang domestik hanya sekitar 93% yaitu sebesar 61,2 juta penumpang dibanding tahun 2024.
“Jika dibandingkan tahun 2019 di mana jumlah penumpang domestik 79,5 juta, maka recovery rate baru 77%,” ungkap Denon.
Sedangkan untuk penumpang internasional kata Denon berjumlah 29 juta penumpang atau 81% dibanding tahun 2024 yang berjumlah 36 juta penumpang. Diprediksi sampai akhir tahun 2025 jumlah penumpang internasional adalah 34,7 juta atau 96% dibanding tahun 2024. Jika dibandingkan tahun 2019 di mana jumlah penumpang internasional 37,3 juta, maka recovery rate baru 93%.
Baca juga: Summarecon Serpong, Hadirkan Fasilitas Olahraga Padel Jelang Akhir Tahun 2025 di The Springs Club
“Kargo domestik yang diangkut sebanyak 418.361 ton atau sekitar 77% dibanding tahun 2024 yang sebanyak 541.900 ton. Diprediksi pada akhir tahun 2025 jumlahnya hanya mencapai 521,8 ribu ton atau 96% dibanding tahun 2024. Jika dibandingkan tahun 2019 di mana kargo domestik sebanyak 577.806 ton, maka recovery rate baru 90%,”jelas Denon.
Sedangkan kargo internasional yang diangkut sebanyak 352.585 ton atau sekitar 77% dibanding tahun 2024 yang sebanyak 459.068 ton. Diprediksi pada akhir tahun 2025 jumlahnya hanya akan mencapai 398 ribu ton atau 87% dibanding tahun 2024. Jika dibandingkan tahun 2019 di mana kargo internasional sebanyak 516.629 ton, maka recovery rate baru 77%.
Baca juga: Catatan Akhir Tahun APHA Indonesia Kritisi RUU MHA Terbengkalai Hingga Bencana Banjir Aceh Sumatra
“Turunnya jumlah penumpang dan kargo domestik yang diangkut diakibatkan berkurangnya jumlah penerbangan, di mana sampai dengan September 2025 jumlah penerbangan adalah 359.504 kali atau 72% dibanding tahun 2024 dan diprediksi sampai akhir tahun 2025 hanya akan mencapai 440 ribu penerbangan atau 88%.
“Jika dibandingkan tahun 2019 di mana jumlah penerbangan domestik adalah 729.446 kali, maka recovery rate penerbangan baru sekitar 60%,” ungkap Denon.
Baca juga: Puncak Arus Natal Terkelola, 15 Lintasan Pantauan Nasional Lancar Terkendali
Begitu juga jumlah penerbangan internasional sampai bulan September 2025 sebanyak 165.235 kali atau 80% dibanding tahun 2024 dan diprediksi sampai dengan tahun 2025 hanya akan mencapai 196 ribu penerbangan atau 95%. Jika dibandingkan tahun 2019 di mana jumlah penerbangan internasional adalah 226.870 kali, maka recovery rate penerbangan internasional baru sekitar 87%.
Berkurangnya jumlah penumpang dan kargo yang diangkut serta berkurangnya jumlah penerbangan dikarenakan jumlah pesawat yang serviceable juga berkurang. Sampai dengan Desember 2025, jumlah pesawat yang terdaftar sebanyak 568 unit, namun yang serviceable hanya 368 unit dan 200 unit pesawat tidak bisa digunakan karena masih dalam perawatan.
Baca juga: Teknolog AI Masih Diposisikan Sebagai Pelengkap, Bukan Pengganti Reporter atau Editor
“Jumlah pesawat yang serviceable tersebut hanya 74% dibanding tahun 2024 yang sebanyak 500 unit. Sedangkan jumlah pesawat dalam perawatan meningkat 244% dibanding tahun 2024 yang hanya sebanyak 82 unit,” pungkas Denon.*












