Connect with us

Obituari

Mendiang Murdaya Po, Pejuang Kesetaraan, Sepanjang Hidupnya Didedikasikan Bagi Kemanusiaan, Spiritualitas dan Pembangunan Bangsa

Murdaya Po (Blitar, 12 Januari 1941, Singapura 7 April 2025/Foto:Istimewa

GlobalReview-Jakarta-Murdaya Widyawimarta Po (Murdaya Po) yang wafat pada Senin, 7 April 2025 di Singapura pada usia 84 tahun karena penyakit kanker merupakan seorang tokoh pejuang kesetaraan yang sepanjang hidupnya mendedikasikan diri bagi kemanusiaan, spiritualitas, dan pembangunan bangsa. Dilahirkan di Blitar, Jawa Timur pada 12 Januari tahun 1941, Murdaya Po tumbuh dari keluarga sederhana dan membangun hidupnya dari bawah hingga menjadi seorang negarawan, pengusaha nasional, dan filantropis.

Perjalanan hidupnya sarat dengan ketekunan, nasionalisme, dan nilai-nilai spiritual yang kuat, yang menjadikan beliau tokoh teladan bagi banyak kalangan, terutama dalam memperjuangkan nilai-nilai kebhinekaan dan toleransi. Penulis mengenal pribadi Murdaya Po saat dirinya menjadi anggota DPR RI. Sebagai narasumber yang kaya akan informasi yang dibutuhkan wartawan. Interaksi terus berlanjut sampai akhirnya penulis menjadi salah satu staff Media Center tiap-tiap penyelenggaraan Pekan Raya Jakarta (PRJ) di kawasan Kemayoran dimana perusahaan yang dimilikinya PT Jakarta Internasional Expo sebagai penyelenggara berkolaborasi dengan Pemda DKI.

Dalam perjalanan hidupnya, Murdaya Po dikenal sebagai seorang yang rendah hati dan mudah bergaul dengan berbagai kalangan. Beliau aktif dalam berbagai organisasi keagamaan, termasuk sebagai Ketua Dewan Pengawas DPP Perwakilan Umat Buddha Indonesia (WALUBI) yang smenyelenggarakan bakti sosial bagi warga sekitar Borobudur dengan lebih dari 8.000 pasien setiap tahunnya, serta aktif di berbagai organisasi kemanusiaan lainnya antara lain Ketua Dewan Penyantun DPP Keluarga Cendekiawan Buddhis Indonesia (KCBI), Ketua Dewan Pengawas Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Pusat, Dewan Pengawas Perhimpunan Indonesia – Tionghoa (INTI), pendiri Institut Kewarganegaraan Indonesia (IKI), Dewan Kehormatan Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI).

Kontribusinya secara internasional juga diakui tatkala dirinya menjadi Ketua Perkumpulan suku Hakka se-dunia. Masih banyak kontribusi Murdaya Po di Perkumpulan Pengusaha Indonesia Tionghoa (PERPIT), Perhimpunan Hakka Indonesia Sejahtera (PHIS), Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) termasuk di bidang olah raga pernah menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Golf Indonesia.

Kerajaan Inggris dipimpin Ratu Elizabeth tahun 2012 bahkan menganugerahkan gelar Officer of the Most Excellent Order of the British Empire (OBE) kepada Murdaya Po, sebagai pengakuan atas jasanya dalam hubungan internasional dan pengabdian kemanusiaan. Tidak mudah bagi warga non-Inggris bisa mendapatkan gelar ini tercatat sejumlah nama terkenal seperti David Beckham dan J.K. Rowling juga pernah mendapat penghargaan serupa.

Komitmennya terhadap nilai-nilai kemanusiaan juga terwujud dalam berbagai kegiatan lintas agama yang beliau inisiasi untuk memperkuat persaudaraan antarumat beragama. Semasa menjadi anggota DPR RI 2004 – 2009 dirinya berhasil memperjuangkan 1) Undang – Undang (UU) No 40 Tahun 2008 tanggal 10 November 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis; 2) Undang – Undang (UU) No 12 Tahun 2006 tanggal 1 Agustus 2006 tentang Kewarganegaraan; 3) Undang – Undang (UU) No 23 Tahun 2006 tanggal 29 Desember 2006 tentang Administrasi Kependudukan. Semangatnya dalam memperjuangkan kesetaraan hak warga negara kemudian dilanjutkan melalui pendirian Institut Kewarganegaraan Indonesia (IKI) yang hingga kini terus aktif mengadvokasi layanan catatan kependudukan (membantu penerbitan akta lahir dsb).

Dedikasi tersebut menjadikannya bukan hanya dermawan, melainkan tokoh penggerak yang membawa dampak nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat Indonesia. Selain itu, keterlibatan beliau dalam pelestarian budaya dan warisan nusantara tidak dapat dipisahkan dari kiprah hidupnya. Beliau konsisten mendukung berbagai kegiatan seperti Jakarta Fair Kemayoran (d/h Pekan Raya Jakarta-PRJ), Waisak Nasional di Candi Borobudur serta kegiatan lainnya. Pemilihan tempat di kawasan Candi Borobudur yang sakral bagi umat Buddha dan bersejarah bagi bangsa, menjadi lokasi kremasi bukan sekadar penghormatan simbolis, melainkan cerminan dari keselarasan hidup beliau dengan nilai-nilai spiritual dan budaya luhur bangsa.

Oleh karena itu, mengingat tingginya antusiasme masyarakat yang ingin mengikuti prosesi kremasi Murdaya Po untuk memberikan penghormatan tertinggi atas hidupnya, kremasi Bapak Murdaya Po di kawasan Candi Borobudur, sangatlah layak secara moral, historis, dan kultural. Ia bukan hanya sosok berjasa dalam memajukan kehidupan beragama dan kemanusiaan di Indonesia, tetapi juga penjaga nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh warisan spiritual Borobudur. Ini bukan sekedar untuk pribadi maupun keluarga tapi juga dorongan dari masyarakat luas yang ingin memberikan penghormatan tertinggi terhadap hidup Murdaya Po.

Kremasi Murdaya Po di kawasan Candi Borobudur yang disemayamkan hingga 6 Mei 2025 dan rencananya jenazah akan dikremasi di sepetak lahan milik istrinya, Siti Hartati Murdaya, dekat Graha Padmasambawa, pada 7 Mei 2025 akan menjadi bentuk penghormatan negara terhadap seorang putra terbaik bangsa yang telah mengabdikan hidupnya untuk masyarakat dan persatuan Indonesia.*

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

More in Obituari