Menjaga Asa Pasar Batu Akik Untuk Tetap “Booming” Kembali

GlobalReview-Jakarta-Perbatuan (batu akik) di Indonesia sejatinya mulai menggeliat secara masif pada awal tahun 1980, dimana kala itu para pedagang menjajakan ragam batu akik di tepi jalan Jenderal Urip Sumoharjo, Jakarta Timur. Namun dalam perjalanannya para pedagang mulai bergeser berdagang di area parkir PD Pasar Jaya, Rawa Bening, Jakarta Timur yang lambat laun jumlahnya bertambah banyak hingga mencapai ratusan pedagang.

Kondisi ini membuat lokasi parkir tersebut sudah tak memadai. Melihat hal ini, PD. Pasar Jaya kemudian memindahkan para pedagang ke dalam area pasar di tahun 1984. Sejak itu, pedagang batu mulai menempati PD. Pasar Jaya.

Baca Juga: Summarecon Raih BCI Asia Awards 2023 dan WOW Brand Festive Day 2023

Fenomena batu akik ini pernah mengguncang tanah air di tahun 2014-2015 silam. Namun, situasi ini tidak berlangsung lama, permintaan batu akik kembali menurun. Booming-nya kondisi pasar baru akik juga tak lepas dari kiprah Presiden Indonesia keenam, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang pernah membeli batu akik di luar negeri yang ternyata batu akik tersebut berasal dari daerah kelahirannya, Pacitan, Jawa Tengah.

Kemudian SBY mengumpulkan Asosiasi Pedagang dan Pengrajin Batu Akik dari seluruh Indonesia di Ciputat, Tangerang Selatan. Saat itu SBY menyatakan akan membangun sentra batu akik di kawasan tersebut yang kemudian hasil kesepakatan di bangun/dikembangkan di kawasan Pasar Rawa Bening/Jakarta Gems Center, Jakarta Timur.

Baca Juga:BNI Java Jazz Festival 2023 Kembali Hadir, Rasakan Pengalaman Digital Tak Terlupakan

Upaya untuk mengembalikan kondisi booming batu akik walaupun diprediksi tak akan mungkin terjadi lagi, tetap di lakukan oleh pecinta batu akik yang tergabung dalam komunitas- komunitas.

Salah satu komunitas batu akik yang hingga kini masih aktif adalah Perkobakin (Persatuan Kolektor Batu Akik Nusantara) yang anggotanya telah mencapai 95.441 orang.

“Dari keseluruhan anggota yang berada dari seluruh Indonesia, member terbesar berdasarkan urutan daerahnya adalah ada di Jakarta, Bandung, Bekasi, Surabaya, Tangerang. Daerah Khusus Ibukota Jakarta tercatat sebagai yang terbesar, ada sekitar 14.030 orang anggota,” ungkap Deny Setiawan, salah seorang pengurus Perkobakin dalam keterangan tertulisnya kepada Redaksi, Jumat, 1/6/2023.

Baca Juga:Kiat Kemnaker Hadapi Tantangan Industri Bagi Talenta Muda

Menurut Deny, saat ini di lapangan masih tetap terjadi transaksi antara penjual dan pembeli. Namun demikian, untuk mengembalikan kondisi pasar batu akik menjadi seperti saat booming, menurutnya sulit dilakukan dan tak mungkin terjadi lagi.

Deny mengatakan banyak faktor yang bisa menjadi faktor tidak bisa kembalinya pasar batu akik seperti saat booming. Selain pasar yang masih stagnan, daya beli juga ikut tergerus sebagai imbas terkoreksinya ekonomi masyarakat. Selain itu dukungan yang minim dari pihak terkait dan tak ada dukungan publik figur juga turut membuat pasar batu akik masih berjalan ditempat.

Baca Juga:Kemenkes Fokus Turunkan Angka Prevalensi Perokok Anak

Untuk menjaga kinerja dan kepercayaan terhadap pasar jual beli batu akik dan terhindar dari para penipu (bandot-istilah penjual yang menipu), banyak komunitas termasuk Perkobakin menggalakkan rekber (rekening bersama). Hal ini dilakukan agar konsumen baru atau lama, mau tetap membeli sehingga pasar tetap terjaga. Di Perkobakin untuk urusan rekber difasilitasi oleh salah seorang pengurus, RM Syafei SP.

“Kondisi pasar batu akik di lapangan masih terdapat transaksi, walaupun lemah atau bahkan cenderung stagnan. Hal ini dibuktikan dengan adanya transaksi via rekber per-Mei 2023 yang mencapai 400 juta rupiah lebih. Sedangkan untuk pasar offline cenderung lemah dan harga tidak stabil, “kata Deny.

Baca Juga:Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila, KEK Menjadi Energi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Yang bisa dilakukan saat ini kata Deny adalah tetap menyelenggarakan kegiatan offline seperti mengadakan pameran, melakukan pertemuan rutin bulanan antar pengurus dan membernya yang dilakukan setahun sekali, menggalakan peran komunitas lokal untuk mempopulerkan akik dan memperbanyak kompetisi seperti yang dilakukan Perkobakin dan komunitas batu akik lainnya di berbagai daerah di Indonesia.  Perkobakin kata Deni juga Juga melaksanakan kegiatan online berup talkshow yang berkaitan dengan batu akik.

“Beberapa waktu lalu untuk tetap mempererat tali silaturahmi, kami adakan pertemuan sekaligus halal bi halal di Pendopo Kota Pekalongan, Jawa Tengah. Hadir sekitar 150 orang, 100 member lokal dan 50 undangan lainnya,” jelas Deny.

Baca Juga:Nyok…Kite Piknik ke Ancol Mumpung Gratis Selama Sebulan

Deny dan komunitas-komunitas batu akik lainnya di Indonesia berharap ada campur tangan Pemerintah dan pihak terkait untuk tetap mengembalikan kejayaan pasar batu akik.

“Pemerintah (pusat/daerah) menjadi salah satu penentu berkembangnya pasar batu akik untuk alternatif local genius. Kebijakan-kebijakannya diharap bisa memberikan ruang untuk UMKM  atau IKM (batu akik),”pungkas Deny.*

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *