GlobalReview-Banda Aceh- Saat mengikuti tinjauan lapangan dalam rangka Kunjungan Kerja Reses Komisi X DPR RI ke Provinsi Aceh, Jumat (16/12/2022), anggota Komisi X DPR RI, Nuroji mengapresiasi penampilan kesenian Tari Saman yang diperagakan oleh para pelajar di SMP Negeri 6 Banda Aceh.
“Tadi kita sudah kunjungan ke SMP Negeri 6 Banda Aceh, kesan yang saya tangkap di sini pelestarian budaya masih dijaga dan ditanamkan ke para siswa dengan penampilan kreatif mereka kesenian Tari Saman saat menyambut kedatangan kami dan rombongan,” ujar Nuroji dilansir dari dpr.go.id.
Tari Saman kata Nuroji merupakan Warisan Budaya Tak Benda Indonesia yang sudah diakui UNESCO sejak 2011. Ketika ini masuk dalam kegiatan ekstrakurikuler kesenian dan budaya di sekolah Aceh dirinya sangat mengapresiasi karena ini merupakan bentuk upaya pelestarian Warisan Budaya.
Politisi Partai Gerindra ini mengatakan setelah dirinya berbicara dengan orang asli Aceh, ternyata Tari Saman itu awalnya hanya dilakukan oleh kaum pria. Jika dilakukan oleh perempuan, misalnya, maka itu merupakan pengembangan dan kreasi dari Tari Saman.
- Baca Juga : Summarecon dan KCIC kerjasama kemvbangkan potensi bisnis dalam operasional kereta cepat Jakarta-Bandung
“Tari Saman itu sudah mendapatkan pengakuan oleh UNESCO sebagai warisan Budaya Tak Benda indonesia pada tahun 2011. Gerakan tangan dan badan tarian Saman ini sama sekali tidak ada unsur erotisme, ini sejalan dengan nafas religiusitas masyarakat Aceh. Baju penari yang tertutup, memakai hijab maka wajar ini memperoleh predikat sebagai tarian adat warisan dunia,” tandas legislator Dapil Jawa Barat VI meliputi Kota Depok dan Kota Bekasi ini.
Dalam kesempatan tersebut Nuroji juga menegaskan bahwa kebudayaan dan kesenian Aceh ini erat kaitannya dengan bidang pariwisata yang menjadi daya tarik tersendiri. Dulu pernah ada event pariwisata 10 ribu penari Saman di Aceh sekitar tahun 2016/2018, itu salah satu contoh pemanfaatan seni budaya dalam pariwisata sesuai dengan Undang-Undang Pemajuan Kebudayaan.
Tari Saman merupakan tarian yang berasal dari suku Gayo dan biasanya ditampilkan dalam suatu perayaan penting di suatu peristiwa adat. Nama tarian “Saman” diperoleh dari salah satu ulama besar Aceh, yakni Syekh Saman. Beberapa sejarah menyatakan Syekh Saman yaitu seorang ulama yang berasal dari Suku Gayo di Aceh Tenggara yang kemudian menemukan dan menciptakan Tari Saman.
Di tempat yang sama, Kepala SMPN 6 Banda Aceh, Syarifah Nargis menjelaskan bahwa Tari Saman merupakan salah satu kegiatan ekstrakurikuler kesenian di sekolahnya sebagai bagian dari pelaksanaan program nasional Merdeka Belajar. “Alhamdulillah Pak Program Merdeka Belajar telah berjalan dengan baik di sekolah kami,” ujarnya.
Syarifah mengatakan Tari Saman merupakan salah satu media untuk menyampaikan pesan atau dakwah. Tarian ini mencerminkan pendidikan, keagamaan, sopan santun, kepahlawanan, kekompakan dan kebersamaan.*