
GlobalReview-Jakarta – Ratusan Pendekar dari 27 Perguruan Silat dan 16 Aliran, mendeklarasikan Forum Silaturahim Pendekar Indonesia (FSPI) di Jakarta. Acara diawali arahan dari Dewan Pengawas Nasional FSPI, Irfan Fauzi Arief diselingi penampilan beberapa atraksi jurus pencak silat oleh perwakilan pendekar.
Dalam sambutannya Irfan menyampaikan keprihatinannya terhadap kondisi para pendekar dan perguruan silat tradisional di berbagai wilayah di Indonesia yang kondisinya cukup memprihatinkan.
“Kehadiran Pencak Silat tidak bisa dilepaskan dari sejarah perjalanan bangsa Indonesia, dimana sejak zaman perjuangan kemerdekaan, para pendekar telah ikut berjuang aktif memerangi penjajah. Namun ironinya, kondisi para pendekar di nusantara cukup memperihatinkan, baik secara ekonomi maupun secara kesehatan” ujar Irfan, Selasa (21/2/2023).
Pencak Silat adalah budaya asli dari negara Indonesia yang hadir sejak abad ke-7 dan merupakan hasil pengembangan keterampilan suku asli di Indonesia dalam berburu dan perang dengan menggunakan alat perang seperti parang, perisai, dan tombak yang tujuannya untuk membela diri dan mempertahankan diri.
“Kita semua ikut bangga dan apresiasi atas ditetapkannya Pencak Silat sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO, namun sisi lain prihatin karna Silat secara olahraga telah ditetapkan milik negara tetangga” imbuh Irfan.
- Baca juga: 5.000 Mahasiswa Ikuti Program Bangkit 2023, Peluang Berinovasi Melalui Transformasi Digital
Inilah salah satu latar belakang lahirnya Forum Silaturahim Pendekar Indinesia ini, dalam rangka ikhtiar ikut mengangkat harkat dan martabat para pendekar dan perguruan silat tradisional di Indonesia. Pada kesempatan tersebut, hadir Ahmad Syaikhu yang diberikan gelar anggota kehormatan perkumpulan FSPI.
Menurut Ridwan koordinator nasional FSPI, sosok Syaikhu dikenal dekat dengan para pendekar silat di jadebotabek. Beberapa kegiatan resesnya sebagai anggota DPR RI daerah pemilihan Bekasi, Karawang, Purwakarta melibatkan sanggar silat tradisional. “Perhatian dan silaturahim Pak Syaikhu dengan pengelola sanggar silat tradisional di sekitaran dapilnya saya lihat cukup intens. Karenanya kami ingin melibatkan Pak Syaikhu dengan komunitas pesilat yang lebih luas di seluruh kota di Indonesia,” terang Ridwan.
FSPI sendiri merupakan perkumpulan berbagai aliran silat di Indonesia dan sudah berbadan hukum, ujar Ridwan, selaku Koordinator Nasional Forum Silaturahim Pendekar Indonesia.
“Saya berterima kasih atas penghargaan ini, saya yakin pencak silat di Indonesia tidak akan punah. Buktinya aliran silat semakin berkembang. Di Bekasi tempat saya tinggal saja ada banyak sanggar silat yang eksis. Belum lagi di kota lain di Indonesia. Saya mengapresiasi usaha FSPI yang membuat forum untuk menjalin silaturahim dengan para guru pendekar silat. Selain itu dalam sejarah perlawanan rakyat Indonesia menghadapi penjajahan Belanda dulu, peran para pendekar silat tidak bisa diabaikan. Selain melatih fisik para muridnya para guru silat juga melatih mental dan jiwa nasionalisme untuk membela dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia,” ujar Syaikhu dalam kata sambutannya.
Pembentukan forum silaturahim pesilat diawali saat konsolidasi pendekar nusantara pada September 2022 di Lingkung Gunung, Cimande-Bogor. Namun baru pada awal Januari 2023 terbentuk secara resmi badan hukum perkumpulan Forum Silaturahim Pesilat Indonesia.
“Sanggar silat tradisional akan semakin berkembang jika dikelola dengan manajemen modern. Mulai dari perekrutan, pelatihan, dan sistem keanggotaan yang rapih akan meningkatkan animo masyarakat untuk menekuni silat tradisional. Bukan hanya dari dalam negeri saya lihat ada guru silat yang punya murid dari di berbagai negara di Asia hingga Amerika, “ ujar Irfan.
Susunan Forum Silaturahim Pendekar Indonesia yang resmi berbadan hukum terdiri dari Majelis Penasehat H. Abdi Sumaithi, H. Abu Syauqi. Majelis Pendekar Abdul Kharis Almasyhari, Dartomo M.Sidik, Zakaria Tubagus Bambang, Edi Rukmiadi, Juli Wibowo, Amri Muchlis, Cholid Sidiq, Yoni Hermawan, Osin Sodikin, Sugeng Riyanto, Sudirman Yan, Muhammad Yasin. Majelis Pengawas diketuai oleh Irfan Fauzi dan sebagai ketua Kordinator Nasional Muhammad Ridwan.
Saat ini sudah terbentuk 8 koordinator wilayah di Jadebotabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Kalimantan, NTB, Sumatera bagian Utara dan Sumatera bagian Selatan.
Terkait usulan pengajuan hak paten atas peralatan pencak silat dari Perguruan Sile Harimau Minang, Sumatera Barat, Datuk Edwel Rajo Gampo Alam, Irfan menambahkan bahwa dalam waktu dekat akan menindaklanjutinya. “Kami FSPI bersama seluruh perguruan silat tradisi, akan mencoba menginventaris peralatan silat tradisional seperti golok, keris, tombak, rencong, karambit dan lain-lain, untuk kemudian mendorong pemerintah agar mendaftarkannya ke UNESCO sebagai Warisan Budaya Berbentuk Benda,” tegasnya.*
