Connect with us


Pertambangan

Penggunaan Baterai Litium Diproyeksikan Akan Tingkatkan Kebutuhan Nikel 1,3 Juta Ton di Tahun 2040.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa saat kunjungan kerja ke Kawasan Industri Teluk Weda/Foto:ig@suharsomonoarfa

GlobalReview-Jakarta-Pemerintah Indonesia mendorong kebijakan hilirisasi nikel yang dalam perkembangannya telah menunjukkan sejumlah pencapaian. Menurut Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa ada beberapa pencapaian terkait hilirisasi nikel. Pertama, pertumbuhan investasi yang signifikan dalam industri pengolahan terutama di industri nikel. kedua, tumbuhnya kawasan industri berbasis mineral di luar Pulau Jawa. Ketiga, terjadinya perkembangan ekonomi di tataran lokal dan nasional.

“Dari aspek industri hilir nikel, industri baterai litium akan berkembang pesat kedepannya. Hal ini didorong oleh perkembangan teknologi kendaraan bermotor, teknologi sistem penyimpanan energi, dan peralatan elektronik,” kata Suharso usai melakukan kunjungan kerja ke Kawasan Industri Teluk Weda, Halmahera Tengah, seperti dilansir dari akun instagramnya @suharsomonoarfa.

Kenaikan kebutuhan nikel kata Suharso sebagian terkait dengan adanya peningkatan konsumsi nikel untuk teknologi rendah karbon. Seperti, misalnya adanya peningkatan penggunaan baterai litium pada berbagai sektor tersebut diproyeksikan akan meningkatkan kebutuhan nikel sebesar 1,3 juta ton pada tahun 2040.

Dalam kunjungannya di Maluku Utara, Suharso menyatakan bahwa saat ini terdapat 26 perusahaan smelter. Industri pengolahan di Maluku Utara telah menyerap tenaga kerja lokal sebanyak 16,8 juta orang dan tenaga kerja asing sebanyak 3,4 juta orang.

“Sektor industri pengolahan terutama subsektor industri pengolahan logam dasar seperti ferro nikel dan turunannya di Kabupaten Halmahera Tengah memiliki pengaruh besar sebagai penggerak ekonomi dengan menyumbang 55,08% dari total PDRB pada 2021 dengan laju pertumbuhannya sebesar 444%,” tulis Suharso.

Sumber daya mineral seperti nikel akan sangat dibutuhkan dalam tren transisi energi dan perkembangan produk-produk teknologi tinggi. Nikel termasuk materi logam yang paling banyak dibutuhkan di dunia dan perkembangan teknologi ke depan untu baterai kendaraan listrik dan teknologi energi terbarukan.

“Sebagian besar adalah untuk menghasilkan Fero Nikel atau NPI. Belum melebur hingga proses akhir. Indonesia juga belum membangun pabrik baterai untuk mobil listrik dan EBT sesuai dengan rencana hilirisasi,” tutup Suharso.*

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.

More in Pertambangan