Connect with us

Sports

PSTI : Banyaknya Orang Lama Dalam Kepengurusan PSSI, Sulitkan Pemberantasan Mafia Sepak Bola

Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesoa/fofo:IST

GlobalReview-Jakarta- Lambannya penentuan tersangka pada kasus match Fixing dan masih banyaknya orang lama dalam kepengurusan PSSI menimbulkan rasa pesimis suporter dalam pemberantasan mafia sepak bola.

Baca Juga : Ricuh Suporter Terjadi Lagi di Jatidiri, Bukti Kegagalan PSSI dan Pemerintah Lakukan Edukas

Ketua Umum Paguyuban Suporter Timnas Indonesia (PSTI) Ignatius Indro menyesalkan, mengapa baru sekarang Satuan Tugas (Satgas) Antimafia Bola Polri “ngegas” dengan mengekspos penetapan Vigit Waluyo (60) sebagai tersangka “match fixing” atau pengaturan skor pertandingan.

Baca Juga : Paguyuban Suporter Timnas Indonesia Sesali Kerusuhan Antar Suporter di Liga 2

“Ini proses yang terlalu lama, karena VW ini sudah disebut sejak tahun 2018. Kenapa baru sekarang menjadi tersangka? Apakah karena ini tahun politik?” kata Ignatius Indro. Minggu (17/12/2023).

Baca Juga : Pelaksanaan Piala Dunia U17 Harus menjadi Tonggak Perbaikan Sepak Bola Indonesia

Di tubuh Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) sendiri, kata Indro, masih bercokol orang-orang lama yang diduga terkait dengan mafia sepakbola. “Selama mereka tidak disingkirkan, sulit rasanya memberantas mafia bola katena keberadaan orang-orang lama tersebut dapat diduga untuk melindungi prilaku mafia sepak bola,” jelas Indro.

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo sendiri dalam konferensi pers Satgas Anti-Mafia Bola di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (13/12/2023), mengakui, Vigit Waluyo atau VW merupakan aktor intelektual yang melakukan pengaturan skor atau “match fixing” pertandingan-pertandingan sepakbola di Indonesia. Menurut mantan Kabareskrim Polri itu, Vigit Waluyo merupakan sosok yang sudah malang-melintang di dunia sepakbola Tanah Air.

Menurut Kapolri, nama Vigit Waluyo sudah dikenal di kalangan sepakbola nasional sejak 2008. Orang itu, kata Jenderal Listyo, selama ini tidak pernah tersentuh oleh hukum. Namun, berkat data intelijen yang diberikan PSSI kepada Satgas Anti-Mafia Bola, pihaknya berhasil mengungkap tindak pidana match fixing dalam pertandingan kompetisi liga. “Kami temukan ada upaya pengaturan skor agar klub yang akan terdegradasi (bisa) lolos,” ujar Kapolri.

Adapun Vigit Waluyo merupakan satu dari delapan orang tersangka kasus mafia bola pengaturan skor pertandingan sepakbola kompetisi Liga 2 yang terjadi pada November 2018.

Kepala Satgas Anti-Mafia Bola Irjen Asep Edi Suheri menjelaskan kedelapan orang tersangka itu terdiri atas empat orang wasit masing-masing berinisial K, RP, AS, dan R, serta satu orang asisten manajer klub berinisial DRN.

Kemudian satu laison officer (LO) wasit berinisial KM dan seorang kurir berinisial GAS yang masih berstatus DPO (daftar pencarian orang). “Satu orang pelobi berinisial VW, yang disampaikan Kapolri,” kata Irjen Asep.

Dalam kasus ini, ungkapnya, ditemukan indikasi keterlibatan pihak klub sepakbola dalam praktik pengaturan skor atau match fixing. Modusnya dengan cara melobi perangkat wasit dan memberikan sejumlah uang untuk memenangkan salah satu klub dalam pertandingan sepakbola.

Pihak klub mengaku telah mengeluarkan uang sebanyak lebih kurang Rp1 miliar untuk melobi para wasit pada sejumlah pertandingan. Kemudian, penyidik Satgas Anti-Mafia Bola telah memeriksa 17 orang saksi, delapan saksi ahli yang terdiri atas enam ahli pidana, satu ahli perwasitan dari PSSI dan satu ahli perwasitan dari FIFA yang berdomisili di Penang, Malaysia. “Dapat kami sampaikan juga bahwa kami telah melakukan kegiatan rekonstruksi sebanyak 97 adegan terkait dengan pertandingan klub X dan Y,” ucap Irjen Asep..

Berdasarkan keterangan ahli perwasitan, terdapat 23 kejanggalan pada keputusan wasit yang diduga berhubungan dengan praktik suap kepada para tersangka. “Penyidik juga telah mengamankan sejumlah barang bukti,” tutupya.*

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

More in Sports