Connect with us

Sports

Ricuh Suporter Terjadi Lagi di Jatidiri, Bukti Kegagalan PSSI dan Pemerintah Lakukan Edukas

Ketua Umum PSTI Ignatius Indro (kaos hitam/foto: IST

GlobalReview-Jakarta- Ricuh suporter terjadi lagi, kali ini antara suporter PSS Sleman dengan PSIS Semarang hingga memaksa wasit menghentikan pertandingan.

Baca Juga :Paguyuban Suporter Timnas Indonesia Sesali Kerusuhan Antar Suporter di Liga 2

Kericuhan bermula dari aksi saling ejek antar suporter dari sisi tribun utara dengan pendukung PSS Sleman yang datang langsung ke Stadion Jatidiri.

Baca Juga : Peristiwa Tangerang Bukti Larangan Kehadiran Suporter di Pertandingan Belum Efektif Karena Tidak Ada Edukasi yang Dilakukan PSSI

Aksi saling lempar pun terjadi sampai akhirnya kericuhan tidak terhindarkan. Paguyuban Suporter Timnas Indonesia PSTI menilai ini menunjukan kegagalan PSSI dan pemerintah dalam menangani masalah suporter di Indonesia.

Baca Juga : Para Legenda Percayakan Kemajuan Sepak Bola dan Nasib Mantan Atlet Kepada Ganjar Pranowo

“Ini semakin menunjukan bukti kalau apa yang dilakukan PSSI maupun Pemerintah kepada suporter hanya sebatas pencitraan dan mengabaikan esensi yang sebenarnya apa yang dibutuhkan oleh suporter,” ujar Ketua Umum PSTI Ignatius Indro.

^Apa yang sudah dilakukan presidium suporter yang dibentuk PSSI, selain glorifikasi dan puja puji PSSI? saya tidak melihat itu,” tambah Indro.

Tidak adanya penyelesaian yang adil terutama yang berpihak kepada korban pada Tragedi Kanjuruhan juga mempengaruhi prilaku suporter yang semakin memprihankan. Karena kemarahan publik atas rasa ketidakadilan semakin terakumulasi dalam tindakan suporter.

“Tidak terpenuhinya rasa keadilan pada penyelesaian Tragedi Kanjuruhan sedikit banyak menambah akumulasi kekecewaan suporter dan dilampiaskan pada pertandingan yang ada. Ini harusnya menjadi perhatian khusus pemerintah,” kata Indro.

Edukasi suporter harus dilakukan dengan menggunakan pendekatan budaya serta mencari tau apa yang dibutuhkan suporter tiap daerah dan memberi ruang agar enwrgi dari para suporter dapat teralihkan dari energi negatif yang membentuk kerusuhan.

“Edukasi yang dilakukan harus melalui pendekatan budaya di tiap daerah. Dengan mengetahui budaya, kita mengetahui apa yang dibutuhkan para suporter agar bisa menyalurkan energi mereka. Ini yang harus dilakukan bersama oleh seluruh stake holders sepak bola,” tutup Indro.*

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

More in Sports