Connect with us

Opini

Seri Tapi Rasa Kalah

Banyak pihak menyayangkan hasil seri Timnas melawan Laos/Ilustrasi:fb.istimewa

GlobalReview-Jakarta-Laga kedua Grup B Piala AFF 2024 antara Timnas Indonesia vs Laos di Stadion Manahan Solo, Kamis (12/12/2024) berakhir imbang dengan skor 3-3. Ada 6 gol tercipta di laga ini masing-masing 3 gol dari setiap tim. Namun demikian banyak yang menyayangkan hasil ini mengingat ekspektasi yang tinggi terhadap Timnas Indonesia, apalagi dari sisi peringkat, Indonesia diatas Laos, namun ini tidak menjadi ukuran kemenangan.

Menarik disimak ulasan dari pecinta sepakbola Rosadi Jamani, yang menganalogikan hasil imbang/seri bak mengalami kekalahan.

Selamat membaca dan semoga bermanfaat.

Seri Tapi Rasa Kalah

Oleh: Rosadi Jamani*

SEMALAM, Stadion Manahan Solo mendadak jadi teater tragedi komedi. Timnas Indonesia, dengan ranking FIFA 124, ditahan imbang oleh Laos, si penghuni ranking 189. Main di kandang sendiri, di depan ribuan suporter, tapi hasilnya malah 3-3. Apakah ini pertandingan atau drama Shakespeare? Karena rasanya lebih mirip tragedi Hamlet.

Sambil ngopi di meja dapur, yok kita bahas cerita Timnas yang saat beraksi ditonton Jokowi dan Bung Towel.

Baca Juga: PSSI Buka 24 Lokasi Pendaftaran Offline Garuda ID

Netizen? Jangan ditanya. Mereka langsung berubah jadi pelatih dadakan. “Lihat tuh, Bung Towel! Pemain lokal main!” seru salah satu komentar yang entah berniat sindir siapa. Bung Towel, yang mungkin hanya duduk tenang sambil ngopi, tiba-tiba diseret dalam pusaran dosa kolektif.

Timnas kali ini memang mayoritas diisi pemain lokal dari liga dalam negeri. Rafael Struick, satu-satunya pemain abroad, seolah jadi pajangan di katalog IKEA. Ia terlihat keren, tapi tak tahu harus diapain. Apalagi Timnas bertaruh dengan skuad muda, penuh talenta, tapi belum cukup matang. Hasilnya? Seperti masakan setengah matang. Enak tapi bikin waswas. Mirip daging eh ternyata lengkuas.

Baca Juga: Quantum Commercial, Ruko Besutan Summarecon Serpong Bukukan Penjualan Rp90 Miliar

Netizen, dengan jempol sakti, langsung meluncurkan kata-kata tajam. Seri saja sudah bikin Timnas dihujat, apalagi kalau kalah? Jangan kaget kalau tagar #STYOut bakal trending lagi. Beginilah cinta dari netizen kita, penuh puja-puji saat menang, tapi bertransformasi jadi hujan makian saat hasil tidak memuaskan.

Namun, di tengah drama sepak bola itu, ada secercah kebanggaan dari cabang olahraga lain. Megawati Hangestri Pertiwi, pemain voli berjuluk “Megatron” asal Jember, sukses membawa timnya, Red Spark, mengalahkan juara bertahan Hillstate 3-2 di Liga Voli Korea. Tak hanya menang, Mega juga menyabet gelar MVP. Pemain berhijab ini membuktikan bahwa dalam olahraga, Indonesia masih bisa bersinar.

Baca Juga: Caterpillar Undang Operator Paling Terampil Unjuk Kemampuan Melalui Tantangan Operator Global Ketiga

Kemenangan Mega menjadi semacam balsem bagi luka hati para pecinta sepak bola. Ketika Timnas seri dengan Laos berasa kalah, kemenangan Mega di Korea terasa seperti pahlawan pulang dari perang. Setidaknya, ada yang bisa dibanggakan.

Laga Timnas vs Laos ini bukan sekadar soal skor. Ini tentang ekspektasi tinggi yang dijatuhkan dari ketinggian tanpa parasut. Meski rasanya pahit, ini bukan akhir dunia. Toh, kita masih punya Megatron yang bersinar di negeri Ginseng.

Baca Juga: Swasembada Pangan Martabat Bangsa Mutlak untuk Segera Diwujudkan

Untuk para netizen yang masih kesal, tenanglah. Ingat, sepak bola itu seperti hidup. Kadang menang, kadang kalah, kadang seri berasa kalah. Tapi tetap saja, kita tak pernah berhenti mencintainya. Kita nantikan minggu ini, Vietnam vs Timnas. Inilah laga sesungguhnya, penuh dendam dan emosi. Boleh saja seri lawan Laos, asal jangan kalah dari Nguyen.

#camanewak

*Ketua Satupena Kalbar

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

More in Opini