GlobalReview-Jakarta-Meninggalkan karier yang gemilang di Indonesia sebagai Manager Komunikasi di salah satu Perusahaan Batik Solo Ternama di Indonesia, juga pernah menjadi Asisten Direktur Humas Hotel di Bundaran HI, serta Praktisi Humas di beberapa hotel bintang lima di Jakarta dan Bali selama 13 tahun, bukanlah hal yang mudah. Dibutuhkan pemikiran matang dan keputusan yang tidak gegabah. Dengan langkah yang pasti dan terencana, Shanti Setyaningrum, SE, wanita kelahiran 31 Oktober di Jakarta, kini telah menetap di Selangor, Malaysia selama 12 tahun mengikuti suaminya yang berasal dari Perak, Malaysia. Pernikahannya ini, merupakan kali ketiga Shanti membina mahligai rumah tangga setelah dua kali terdahulu gagal dipertahankan. Saat ini, Shanti tidak lagi bekerja di industri perhotelan, melainkan di sebuah rumah sakit kanker.
Baca Juga :Kemenkes Buka Kelas Internasional Jerman di Poltekkes Medan dan Poltekkes Maluku
Menetap ke Malaysia sejak Desember 2012, salah satu cara Shanti membuka lembaran hidup baru untuk lebih baik lagi ke depan, tidak hanya urusan rumah tangga tapi juga urusan yang lainnya, termasuk karir. Dari tiga kali membina rumah tangga itu, Shanti dikarunia tiga orang putri, Tazqia Aulia Aldjufri, B. Uzma Aulia, dan Aulia Marissa Muzaffar. Di Malaysia Shanti tinggal bersama suami dan kedua putrinya, yang mana anak ketiga adalah berkewarganegaraan Malaysia. Sedangkan putri sulungnya dari pernikahan terdahulu tetap memilih tinggal di Jakarta, Indonesia dan baru saja lulus dari Fakultas Hukum (FH) di Universitas Indonesia (UI). Keputusan Shanti menetap di Malaysia dilandasi ajaran kedua orang tuanya untuk ikut dan tinggal bersama suami.”Dari situlah kemudian saya mulai beradaptasi dengan budaya dan lingkungan baru di Malaysia ini. Meskipun tidak mudah di awal karena saya harus mengorbankan karir gemilang yang telah dirintis selama 13 tahun sebagai Humas hotel bintang lima di Jakarta dan Bali. Tahun ini, genap 12 tahun sudah saya tinggal di Malaysia,”ungkap Shanti kepada Redaksi, Rabu, 18/9/24.
Pindah tempat tinggal berbeda negara tidak mudah, tantangannya cukup besar, banyak hal yang perlu diadaptasi, tidak hanya pekerjaan, dan perbedaan budaya saja tapi aktifitas keseharian juga berubah. Setelah pindah ke Malaysia, dua tahun pertama, aktifitas Shanti hanya di rumah saja dan antar jemput anak ke sekolah dan lebih banyak menghabiskan waktu kosongnya dengan berolahraga di klub kebugaran ternama di Asia berinisial FF, setelah itu tidak lagi ada aktivitas yang berarti baginya. Pernah beberapa kali ingin kembali ke Indonesia namun karena komitmen awal serta ditentang oleh suami, akhirnya Shanti kembali tinggal di negeri Jiran Malaysia. Di tahun berikutnya, untuk mengisi waktu, wanita yang pernah menjadi Penyiar Radio Pesona FM dan Runner Up Nona Jakarta tahun 1997 serta MRA Broadcastar 2010 Radio Cosmopolitan FM ini dan atas anjuran suami, Shanti mengikuti beberapa pelatihan, seperti kursus bahasa Inggris di Lembaga Asing nomor satu di Malaysia, kursus Adobe Photoshop, konten sosial media, dan fotografi juga di Malaysia.
Baca Juga :Seremoni Pelepasan Kontainer Kerjasama PT Gabungan Samudera Internasional dan Perum BULOG
Pengalamannya sebagai humas hotel, serta keterampilannya dalam mengelola acara, menjadi pembawa acara (MC), dan penyiar radio DJ, membantunya lebih percaya diri berinteraksi dengan orang-orang baru. Bahkan pada bulan Februari tahun 2016, Shanti mendirikan ‘Club Yummy Mommy’, komunitas ibu-ibu memasak internasional pertama di Malaysia yang anggotanya berasal dari Indonesia, Malaysia, dan mancanegara. Kegiatan tahunan komunitas ini berupa Kebaya Gathering sukses dan menjadi trend-setter, perlahan mulai bermunculan acara-acara serupa yang dibuat oleh komunitas Indonesia lain yang ada di Malaysia. “Alhamdulilah hingga kini, komunitas Club Yummy Mommy masih eksis dan hingga saat ini masih menerima undangan resmi dari Dharma Wanita Persatuan (DWP) – KBRI Kuala Lumpur untuk menghadiri beberapa kegiatan tahunan yang diadakan oleh mereka, dan pernah beberapa kegiatan-kegiatannya tersebut diliput oleh media di Malaysia,” ujar Shanti.
Baca Juga :Kemenkes Buka Kelas Internasional Jerman di Poltekkes Medan dan Poltekkes Maluku
Dalam menyikapi tantangan dunia yang baru, tidak sedikit kendala yang dihadapinya. Apalagi saat pandemi Covid-19 melanda, tantangan berat muncul. Saat pandemi COVID-19 (MCO), Shanti sangat terpukul karena tidak dapat bertemu dengan Mama dan putri sulungnya selama dua tahun. Untuk mengatasi kesedihan, Shanti mencoba berwirausaha dengan menjual tempe organik, sambal ‘krosak’, opor ayam, dan nasi gudeg. “Walaupun banyak rintangan, saya percaya bahwa Allah SWT akan memberikan jalan, dan tepatnya tahun 2020, saya memilih untuk ‘hijrah’ sepenuhnya karena Allah SWT,” ungkap Shanti yang aktif dalam beragam kegiatan komunitas dan sosial, berpartisipasi dalam acara-acara lokal, kegiatan amal, dan organisasi profesional ini.
Baca Juga :Jamin Kualitas Bidang Kesehatan, Penting Fasyankes Terapkan Standar
Perjalanan kepindahannya ke negeri Jiran ini berbuah manis, setelah sekian lama berkecimpung dan beraktifitas positif yang mempererat hubungan antara Indonesia dan Malaysia, Shanti mendapat banyak macam penghargaan. Pada tahun 2022, menerima penghargaan sebagai pendiri komunitas Indonesia Malaysia beranggotakan mancanegara dari Datin Rozy Abdul Raof B.SC, MBA, M.SC seorang Advisor and Founder ‘Budaya Serumpun Damai Malaysia’ dan penghargaan ini disampaikan langsung oleh Yang Berbahagia To’ Puan Seri Nur Rahmah Binti Haji Mohd Zain, Bonda DYMM Tuanku Nur Zahirah Tuanku Sultanah Terengganu.
Pada tahun 2022 itu juga, Shanti menerima tawaran pekerjaan di sebuah rumah sakit Kanker di jalan Templer, Petaling Jaya Selangor Malaysia yang berfokus pada pasien kanker usia 18 tahun ke atas. Transisi dari industri perhotelan ke rumah sakit tidak terlalu sulit baginya. Menurutnya, Kedua industri ini sama-sama berfokus pada pelayanan pelanggan dan penyampaian informasi yang benar, yang membedakan hanyalah pada Produknya.
Nikmat yang diterima dari Allah SWT tak berhenti di situ, pada tahun 2023, kembali Shanti menerima penghargaan dari Dato Siti Hendon binti Chik, Presiden Perak Ladies Club, yang diberikan langsung oleh Raja Azureen binti Almarhum Sultan Azlan Shah, Putri Sultan Perak, Malaysia. Sukses yang diraih Shanti tak membuatnya berhenti berkarya dan belajar, selepas menerima penghargaan-penghargaan tersebut, di tahun yang sama, Shanti mengikuti pelatihan Halal Management di salah satu Kampus Islam Antar Bangsa di Gombak, Modul pelatihan Jakim yang disebut CHEX, dan dilakukan oleh pelatih bersertifikat INHART Malaysia dan kini Shanti telah resmi menyandang sebagai seorang CHEX atau Certified Halal Executive. Untuk itu Shanti sangat berterima kasih atas semua dukungan yang diberikan oleh Prof. Madya DR Hjh. Betania Kartika, M.A, Associate Professor INHART International Islamic University Malaysia (IIUM).
Baca Juga :Stasiun Tegalluar Summarecon, Nama Baru Stasiun Kereta Cepat Whoosh di Bandung
“Lumayan sering ‘begadang’ malam untuk menyelesaikan tugas-tugas tersebut namun karena suka, semua dijalankan dengan sukacita dan saya berusaha belajar sabar membagi waktunya antara pekerjaan utama saya di rumah sakit kanker tersebut yang selalu bekerja dengan deadline serta tanggung jawab saya sebagai seorang Ibu dan Istri”, ujar Shanti menjelaskan.
Walau pekerjaannya di Rumah Sakit adalah pekerjaan penuh waktu, namun di luar jam kerjanya itu, Shanti masih sempat beraktifitas dengan membuat acara-acara kebudayaan Indonesia Malaysia. Shanti adalah sosok individu yang tidak bisa berdiam diri saja, ini terbukti ketika Shanti menyampaikan maksud dan tujuannya kepada Presiden IWAPI Perwakilan Malaysia, Datin Nany Rusyamsi untuk dapat menjadi anggotanya, Gayung bersambut, usulan Shanti disetujui dan diterima menjadi anggota IWAPI (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia).
Baca Juga :Bank Muamalat Gandeng Alto Network untuk Tingkatkan Kemudahan Transaksi Top Up Flazz BCA
“Alhamdulilah seketika itu juga beliau menerima dan memasukkan saya ke dalam organisasi IWAPI tersebut. Saya bergabung menjadi anggota IWAPI Perwakilan Malaysia ini untuk beradaptasi dan berkontribusi pada komunitas. Saya juga ingin lebih memahami dinamika bisnis lokal dan beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Melalui IWAPI, saya dapat berkontribusi pada komunitas pengusaha wanita Indonesia, berbagi pengalaman, dan berpartisipasi dalam kegiatan yang mendukung pertumbuhan usaha di Malaysia. Serta bisa meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Karena di IWAPI menyediakan berbagai program pendidikan dan pelatihan, saya berharap dapat memanfaatkan sumber daya ini untuk terus mengembangkan keterampilan dan pengetahuan saya, baik dalam aspek bisnis maupun kepemimpinan. Motivasi saya masuk menjadi anggota IWAPI selain untuk keperluan hal tersebut diatas juga untuk memperluas networking, memperpanjang tali silaturahim, serta memperluas jaringan profesional dalam hal mencari peluang bisnis,”ungkap wanita enerjik ini.
Baca Juga :BNI Resmikan Kantor Perwakilan di Sydney, Jadi Bank Asal Indonesia Pertama di Australia
Karena kepiawaiannya, pada tanggal 4 Juli 2024 yang lalu, Shanti diminta membantu mengaturkan acara panggung “Kebaya Menari” di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) yang diisi dengan edukasi tentang Batik Indonesia yang disampaikan oleh Perancang busana terkenal Musa Widyatmodjo serta Indiah Marsaban Pegiat. Bulan berikutnya tepatnya 26 Agustus yang lalu, juga membantu meng-organisir acara Bisnis Transformasi untuk Kegiatan Business Matching IPEMI Jawa Timur Indonesia dan berlangsung dengan baik dan dihadiri oleh Atase Perdagangan KBRI Kuala Lumpur, Azizah Rahmaniar Salam.
Terkait dengan IWAPI Perwakilan Malaysia yang baru terbentuk itu, Shanti berharap semoga benar-benar dapat menjalankan amanah yang baik dan dapat buat perubahan bagi para anggotanya, baik dari segi Sosial maupun Networkingnya. Apalagi kini Shanti mendekati usia 50 tahun, harapannya cukup besar dalam hal pekerjaan, ingin terus berkembang dan dapat dipercaya sebagai seorang Asisten Manager Digital Marketing Tim Indonesia di rumah sakit tempatnya bekerja. Selain itu, diperkenankan untuk mengikuti pelatihan-pelatihan penting terutama dalam pembuatan konten video-video yang powerful. Konten yang berhasil bukan sekadar mencari sensasi, melainkan memberikan pesan yang kuat dan berdampak. Berbicara mengenai Obsesi, menurutnya itu adalah sesuatu yang mendalam pada dirinya sebab menurutnya, Obsesi itu adalah sebuah mimpi dan cita-cita yang melebihi apapun juga.
Baca Juga :Resmikan Juman Foundation, Menparekraf Harap Menjadi Edukasi Pelaku Ekonomi Kreatif
“Saya ingin tobat dan segala ikhtiar saya diterima oleh Allah SWT, mendapatkan ridho-Nya agar dipermudahkan untuk menunaikan ibadah haji, memiliki rumah tahfiz, serta mencapai khusnul khatimah saat saya wafat nantinya, selain saya berobsesi memiliki Anak-anak yang sholehah dan sukses dunia akhirat.Saya juga tidak akan pernah lupa terhadap orang-orang yang berpengaruh dalam perjalanan hidup saya, suami, Mama, dan anak sulung saya. Mereka selalu memberi doa, dukungan, dan ide dalam setiap langkah hidup saya, terutama di saat-saat sulit,”jelas Shanti menutup pembicaraannya kepada Ian, Journalis Senior GlobalReview Indonesia.*