
GlobalReview-Jakarta – Chief Operating Officer crypto exchange Upbit Indonesia Resna Raniadi mengungkapkan, pasar kripto yang mengalami reli signifikan dalam beberapa pekan terakhir telah berdampak pada volume transaksi di platform Upbit Indonesia.
Baca Juga : Bitcoin Bullish, Investor Semakin Optimis
“Volume transaksi meningkat di Bitcoin market kami, tetapi di IDR market tidak terlalu bergerak banyak, Ini karena Bitcoin investor sudah menumpuk lebih dulu ketika harga rendah,” kata Resna dalam acara Upbit Indonesia Media Luncheon, Jakarta, Selasa (3/12/2024).
Baca Juga : Bitcoin Cash Naik Drastis, Konsumen Tetap Harus Gunakan Teknik Cicil Dollar Cost Averaging
Resna mengatakan, Upbit Indonesia memiliki tiga market yaitu market IDR, market BTC, dan market USDT. Ketiga market tersebut memiliki kontribusi meningkatkan volume transaksi dengan rata-rata mencapai nilai sekitar Rp1 triliun.
Baca Juga :Sejarah Bitcoin Pizza Day, Apakah Berpengaruh Terhadap Harga?
“Nilai ini memang kecil dibandingkan exchanger yang lain, cuman memang, balik lagi ke yang tadi awal kita jelasin. Kita memang mau fase kita di situ aja,” jelasnya.
Baca Juga : Lonjakan Harga Aset Digital, Pemula Wajib Pilih Platform Kripto Terpercaya
Sebagaimana diketahui, November 2024 menjadi tonggak sejarah baru bagi Bitcoin. Data dari Coinmarketcap menunjukkan, Bitcoin mencatatkan kenaikan sekitar 37% sepanjang November 2024.
Tercatat, Bitcoin telah melewati US$72.000, sebelum akhirnya mencapai rekor tertinggi sepanjang masa di US$99.551 atau sekitar Rp1,58 miliar pada 22 November.
Meski mengalami kenaikan, Resna mengungkapkan bahwa volume transaksi Rp1 triliun ini masih lebih kecil dibanding sebelum covid-19. Lantaran saat pandemi, terdapat bulan-bulan Upbit mencapai volume transaksi kripto hingga Rp2 triliun.
Di samping itu ketika ditanya terkait prospek harga Bitcoin ke depan, Resna mengaku masih optimis harga Bitcoin dapat menyentuh US$100.000 atau setara Rp1,59 miliar dalam waktu dekat.
Menurutnya, katalis utama pasar kripto saat ini masih terkait pemilu AS yang dimenangkan Donald Trump masih mengeluarkan pendapat terkait blockchain dan kripto.
Meski begitu ia berharap, sejumlah harapan terkait pengawasan regulasi kripto yang akan beralih dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2025 nanti.
Jika pengawasan resmi berpindah tangan, Resna berharap, regulasi yang sudah ada dan sesuai agar bisa dilanjutkan, serta memperbaiki aturan-aturan yang memang dibutuhkan. Agar pelaku industri maupun pengguna bisa nyaman bertransaksi.
“Karena ini kan perkembangannya cepat, kalau pakai cara yang sekarang, kita akan mandek. Jadi sebenarnya kita berharap sekali regulasinya tuh bisa dibuat seadaptif mungkin sesuai kondisi di lapangan,” kata Resna dalam acara Media Luncheon Upbit Indonesia, Jakarta, Selasa (3/12/2024).
Dia juga berharap, agar proses token listing bisa lebih cepat, karena pihaknya menilai saat ini proses masih tergolong lama. Setidaknya, butuh waktu sekitar tiga hingga enam bulan untuk melakukan listing token kripto atau koin digital.
“Semoga regulasinya memang peronnya ke sana. Karena kendala kita sekarang, kita mau maju, ya itu tadi. Kayak contoh mau listing (token kripto) butuh waktu 3 atau 6 bulan, itu enggak bisa,” sebutnya.
Resna juga berharap dalam pengawasan OJK nantinya, regulasi yang diberikan bisa lebih adaptif dengan kondisi di lapangan, salah satunya terkait corporate account. Menurutnya, dengan diperbolehkannya corporate account dapat menyumbang perputaran transaksi kripto yang lebih besar. *
