GlobalReview-Jakarta-Pada 23 Desember 2025 nanti PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (Ancol) akan memperingati hari jadinya yang ke 65. Tanggal ini sesuai dengan diterbitkannya PP No.51 Tahun 1960 tentang Peruntukan dan Penggunaan Tanah Antjol tanggal 23 Desember 1960. Banyak acara yang akan dilakukan menyambut hari jadi tersebut, salah satunya adalah Bedah Buku Enam Puluh Lima Tahun Ancol.
Bedah buku Bedah Buku Enam Puluh Lima Tahun Ancol – Perjalanan Membangun Impian di Multi Purpose Hall (MPH) Putri Duyung Ancol yang dihelat pada 7 November 2025 menghadirkan pemateri : Hestia Tri Wardhani, salah satu saksi sejarah yang turut menyaksikan dan mengalami langsung perjalanan Ancol dari masa ke masa;
Valent Hartadi, tim penulis buku “65 Tahun Ancol : Perjalanan Membangun Impian” yang telah menuangkan kisah dan catatan sejarah ini ke dalam karya yang berharga; Asep Kambali, sejarawan yang memberi perspektif ilmiah dan historis terhadap perjalanan Ancol sebagai ikon hiburan dan budaya di Jakarta.
Baca juga:Penutupan ICCCRL 2025: Wamen Atip Ajak Perkuat Kolaborasi Lintas Agama dan Budaya
Dilansir dari keterangan resminya yang dikutip Redaksi, 14/11/25, selain menghadirkan para narasumber yang kompeten, kegiatan ini dihadiri juga oleh jajaran Direksi dan Komisaris PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk serta jajaran Management di level Manager up.
Acara ini bukan sekadar diskusi buku, tetapi kegiatan ini juga momentum refleksi — untuk menengok kembali bagaimana Ancol tumbuh, berubah, dan memberi warna bagi masyarakat Indonesia. Buku ini merekam bukan hanya fakta sejarah, tetapi juga semangat, perjuangan, dan inovasi yang terus menghidupkan Ancol dari masa ke masa.
Baca juga:Brigjen TNI AD (Purn) Bambang Sudono, Dilantik Jadi Presiden Komut Krakatau Posco
Sejarah pembangunan Ancol menunjukkan bagaimana sebuah kawasan rawa rawa yang dahulu dianggap tidak layak dapat berubah menjadi ruang publik yang hidup dan bernilai bagi masyarakat. Melalui penuturan tim penulis, kita melihat alur perencanaan dan pembangunan yang panjang; melalui kisah pelaku sejarah, kita memahami kerja keras dan keputusan-keputusan yang menentukan arah; sementara perspektif sejarawan membantu menempatkan Ancol dalam konteks perkembangan kota dan masyarakat Indonesia.
Baca juga:KPPTI 2025: Puncak Kolaborasi Insan Pendidikan Tinggi Transformatif menuju Indonesia Emas 2045
Dari ketiga sudut pandang ini, kita belajar bahwa Ancol bukan hanya proyek fisik, tetapi cerminan visi, kolaborasi, dan ketekunan lintas zaman yang menjadi tanggung jawab kita untuk dirawat dan diteruskan.*












