GlobalReview, Jakarta – RSPON Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono Jakarta menyelenggarakan seminar Kesehatan dengan tema “Kenali sedini mungkin stroke dan Tumor Otak”. Hadir sebagai nara sumber dr Iswandi Erwin, Sp.N SUBSP.NN(K), M.KED dan dr Ryan Rhiveldi Keswani Sp.BS. kegiatan dibuka oleh Direktur Layanan Operasional , dr Sardiana Salam, Sp.S. M.Kes.
Kegiatan yang merupakan wujud nyata sinergi positif layanan kesehatan dalam upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat. “Kolaborasi ini kami pandang sangat penting, karena kesehatan otak merupakan fondasi utama bagi produktivitas, kreativitas, dan kesejahteraan manusia. Kegiatan yang dilaksanakan hari selasa tanggal 4 November 2025 bertempat di Gedung D Layanan Poli Eksekutif RSPON bekerja sama dengan BNI Emerald, yang dihadiri oleh tamu undangan dan nasabah BNI Emerald,” tutur dr Sardiana Salam, Sp.S. M.Kes dalam sambutannya, (5/11).
Baca juga: RSCM Resmikan Program Code Stroke Komprehensif Berstandar Internasional
Ia berharap dengan adanya seminar Kesehatan ini menambah pengetahuan serta wawasan berharga mengenai kesehatan otak dan saraf — topik yang semakin relevan di tengah tantangan kehidupan modern yang seringkali memicu stres, kelelahan, dan gangguan pola hidup Nyeri kepala merupakan salah satu keluhan yang paling sering dialami masyarakat, namun sering kali dianggap sepele.
Untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya memahami dan menangani nyeri kepala dengan tepat, menurut dr Iswandi, nyeri kepala bisa bersumber dari berbagai penyebab dan tidak selalu ringan. Beberapa di antaranya bahkan dapat menjadi tanda penyakit serius.
Baca juga: RSCM Dorong Kolaborasi Nasional Pengendalian Kanker Payudara di Indonesia
“Pasien perlu waspada jika nyeri kepala muncul mendadak, semakin berat, disertai mual, gangguan penglihatan, atau kelemahan tubuh. Kondisi seperti ini sebaiknya segera diperiksakan ke dokter spesialis saraf,” ungkapnya.
Berdasarkan berbagai penelitian internasional, termasuk The Journal of Headache and Pain (2025), nyeri kepala kronis harian dapat dialami lebih dari 15 hari dalam sebulan selama tiga bulan berturut-turut. Kondisi ini sering memengaruhi produktivitas, kualitas hidup, bahkan kesehatan mental penderitanya. Selain pemeriksaan medis dan pengobatan, masyarakat juga diimbau untuk menerapkan pola hidup sehat untuk mencegah migrain, seperti menjaga pola tidur, menghindari stres, cukup minum air, membatasi kafein, serta menghindari makanan pemicu seperti cokelat atau keju berlebihan.
Baca juga: AI dan Digitalisasi Jadi Kunci Percepat Perizinan Tenaga Kesehatan di Indonesia
“Pesan kami sederhana: jangan abaikan nyeri kepala yang sering kambuh. Catat gejalanya, perhatikan pemicunya, dan segera periksa bila nyeri tidak membaik. Deteksi dan penanganan dini dapat mencegah komplikasi yang lebih serius,” tuturnya.
Sedangkan pada pemamparan selanjutnya dr Ryan Rhiveldi Keswani Sp.BS. menyampaikan menurut data Global Cancer Observatory (2020), terdapat sekitar 308.102 kasus tumor otak di seluruh dunia, dengan Asia mencatat jumlah tertinggi, yakni 166.925 kasus (54,2%).
Baca juga: Kementerian Kesehatan Resmi Buka Pendaftaran Sandbox Kesehatan 2025
Menurutnya, di Indonesia sendiri, kasus baru tumor otak mencapai sekitar 5.964 kasus per tahun, atau 1,5% dari total kasus kanker yang tercatat. Berdasarkan jenis kelamin, tumor otak lebih banyak menyerang wanita (61%) dibanding laki-laki (39%).
“Tumor otak terjadi akibat pertumbuhan sel-sel tidak normal yang memengaruhi fungsi otak. Gejalanya bisa bervariasi, mulai dari sakit kepala yang terus memburuk, gangguan penglihatan, gangguan saraf, hingga kejang,” jelas dr Ryan.
Baca juga: RSAB Harapan Kita Bersama UCLH London Bertekad Tekan Angka Kematian Ibu dan Bayi di Indonesia
Beberapa gejala yang perlu diwaspadai antara lain:
1. Nyeri kepala progresif yang dirasakan makin berat dan sering disertai mual atau muntah.
2. Gangguan fungsi saraf, seperti wajah tidak simetris, gangguan penciuman, atau pandangan kabur.
3. Kejang berulang tanpa penyebab yang jelas.
Selain itu, faktor risiko tumor otak juga dapat disebabkan oleh riwayat keluarga dengan kanker atau tumor, serta kerusakan genetik seperti mutasi atau delesi DNA.
Baca juga: RSAB Harapan Kita Gelar Sosialisasi Rencana Pembangunan di Hari Pelanggan Nasional 2025
Dalam sesi seminar kali ini juga disampaikan kisah nyata dua pasien yang berhasil didiagnosis melalui pemeriksaan MRI/CT Scan setelah mengalami gejala kronis seperti sakit kepala dan gangguan pendengaran selama bertahun-tahun. Diagnosis dini membantu pasien mendapatkan penanganan yang tepat dan meningkatkan kualitas hidup mereka.
dr Ryan mengimbau masyarakat untuk tidak mengabaikan gejala yang mencurigakan dan segera berkonsultasi ke dokter spesialis saraf bila mengalami keluhan serupa.
Pemeriksaan rutin dan gaya hidup sehat dapat membantu menurunkan risiko serta mempercepat penanganan bila penyakit terdeteksi lebih awal.
Untuk upaya pencegahan dapat dilakukan dengan mengatur pola makan, hidup sehat serta lakukan pemeriksaan stroke check up dan stroke chek up sebagai dasar pencegahan. *












