Kegiatan ini digelar PERKI dan PIKI (Perhimpunan Intervensi Kardiologi Indonesia) sejak Sabtu (16/2) dan diikuti 16 dokter spesialis jantung dari berbagai daerah di IndonesiaTulungagung, Jatim – Persatuan Dokter Kardiovaskuler Indonesia (PERKI) menggelar pelatihan kerja pemasangan ring jantung kompleks di RSUD dr Iskak di Tulungagung, Jawa Timur, dengan tujuan meningkatkan kapasitas peserta dalam melakukan intervensi pembuluh jantung berpenghambat.
"Kegiatan ini digelar PERKI dan PIKI (Perhimpunan Intervensi Kardiologi Indonesia) sejak Sabtu (16/2) dan diikuti 16 dokter spesialis jantung dari berbagai daerah di Indonesia," kata Ketua PERKI, dr A Sunarya Soerianata di Tulungagung, Ahad.
Tak hanya membahas teknis intervensi penanganan jantung secara teori, dalam pelatihan itu tim PERKI juga melakukan praktik kerja langsung pemasangan ring pada pembuluh jantung yang mengalami penyumbatan dan pengerasan.
Seluruh tahapan dan prosedur tindakan medis yang dilakukan terhadap pasien jantung di ruang "cath lab" RSUD dr Iskak, ruang khusus penanganan kasus kardiologi, disiarkan langsung yang bisa disaksikan peserta lokakarya di ruang seminar.
Instruktur atau narasumber di ruang seminar dengan ketua tim dokter bedah intervensi di "cath lab" bisa saling komunikasi untuk menjelaskan detail tindakan, sehingga bisa menjadi bahan ulasan seluruh peserta lokakarya.
"Jadi lokakarya ini lebih bertujuan untuk meningkatkan kemampuan para dokter kardiologi (jantung) dalam melakukan intervensi pemasangan ring pada kasus-kasus pembuluh yang mengalami penyumbatan dan pengerasan oleh lemak," kata dr A Sunarya Soerianata.
Ia menjelaskan lokakarya itu semakin penting, karena sejauh ini belum banyak dokter intervensi yang mampu melakukan penanganan kasus kardiologi dengan kondisi khusus tersebut.
Menurut penjelasan dr Sunarya, dari sekitar 1.200 dokter spesialis jantung di Indonesia, baru 200-an di antaranya yang bisa melakukan intervensi atau tindakan pemasangan ring pada jantung.
Itupun sebagian masih menggunakan metode lama, yakni dengan cara memberi infus pada pasien serangan jantung, dengan tingkat keberhaslian rata-rata di kisaran 40-50 persen.
"Diharapkan dengan adanya acara ini, penanganan serangan jantung dapat cepat tertangani. Kalau dulu masih pakai metode lama infus dengan tingkat keberhasilan kurang dari 50 persen, sekarang kami dorong untuk beralih ke metode katerisasi," katanya.
Dengan metode baru tersebut, tim kardiologi diharapkan bisa mendiagnosis sumbatan dalam tempo cepat dan segera melakukan intervensi pemasangan ring dalam waktu 40 menit, sejak pasien masuk ke unit gawat darurat.
Bahkan saat tindakan katerisasi ditemukan ada penyumbatan akibat lemak yang telah mengeras, teknis pengeboran bisa dilakukan dokter intervensi dengan efektif.
"Syaratnya tidak boleh ada keterlambatan. Begitu ada gejala serangan jantung, pasien harus segera dibawa ke rumah sakit yang memiliki unit penanganan intervensi kardiologi," katanya.
Apabila semua prakondisi itu terpenuhi, prosedur penanganan intervensi dijalani dengan benar, nyawa pasien serangan jantung mayoritas terselamatkan.
Dikatakan, selama ini memang tak mudah untuk memiliki sertifikasi intervensi jantung.
Setidaknya dokter intervensi jantung berpengalaman menangani enam intervensi jantung per harinya selama setahun, baru bisa mendapatkan sertifikasi ini.
Dikonfirmasi terpisah, Direktur RSUD dr Iskak Tulungagung, dr Supriyanto berharap mendapat dukungan tambahan dua dokter intervensi jantung dari PERKI.
Hal itu dilakukan untuk meningkatkan layanan RS yang dipimpinnya. "Untuk intervensi jantung, rumah sakit ini kan rujukan dari Jawa Timur wilayah barat," ujar Supriyanto.
Sebagai rumah sakit rujukan, RS ini tak hanya melayani warga Tulungagung saja, namun juga kota/kabupaten disekitar Tulungagung.
"Sekitar 30 persen pasien kami berasal dari luar kota," ujarnya.
Untuk penanganan penyakit jantung, ke depannya pihaknya akan membangun ruang bedah khusus jantung, dimana di Jawa Timur baru ada dua rumah sakit yang mampu melakukannya.
"Targetnya di tahun 2023 kita miliki ruang open heart (operasi jantung)," kata dr Pri, demikian dia biasa disapa.
Baca juga: Kasus kardiovaskular di indonesia perlu perhatian serius
Baca juga: UGM membuat prototipe ring jantung
Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Andi Jauhary
COPYRIGHT © ANTARA 2019