Connect with us


Kesehatan

SFGRT Metoda Pengobatan Tepat Guna dalam Menghadapi Tumor Besar

(kiri ketiga) Promotor dan Guru Besar Tetap Program Studi Onkologi Radiasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Dr. dr. Soehartati A. Gondhowiardjo, Sp.Rad, Sp.Onk.Rad(K) saat acara Sidang Terbuka Universitas Indonesia promosi dr. Angela Giselvania, Sp.Onk.Rad(K) menjadi Doktor dalam ilmu Biomedik di Gedung IMERI FKUI, Salemba, Jakarta. (foto: ist)

GlobalReview-Jakarta – Guru Besar Tetap Program Studi Onkologi Radiasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Dr. dr. Soehartati A. Gondhowiardjo, Sp.Rad, Sp.Onk.Rad(K) mengatakan teknik teknik spatially fractionated GRID radiation therapy (SFGRT) menjadi metoda pengobatan yang tepat guna dalam menghadapi tumor-tumor yang besar serta terjangkau sesuai dengan status perekonomian Indonesia sebagai lower middle income county.

Baca juga: Promosi Doktor Dalam Ilmu Biomedik, Rektor UI Gelar Sidang Terbuka untuk dr Angela Giselvania

Pasien kanker di Indonesia 70% datang dalam kondisi lokal lanjut dan tumor yang berukuran besar (bulky tumors). Hal ini menyebabkan keterbatasan dalam terapi radiasi yang diberikan. Jaringan normal umumnya tidak mampu untuk mentoleransi dosis tinggi yang dibutuhkan untuk mengeradikasi seluruh tumor dalam volume yang besar.

Bukti ilmiah terbaru menunjukkan bahwa pemberian radiasi hipofraksi dengan dosis tinggi dapat memberikan manfaat yang lebih besar pada tumor-tumor jenis tertentu termasuk Karsinoma Sel Hati (KSH).

Baca juga: RS Kanker Dharmais Siap Berikan Pelatihan kepada Rumah Sakit Daerah Tingkatkan Layanan Kesehatan Kanker

“Teknik yang dikenal spatially fractionated GRID radiation therapy (SFGRT) ini merupakan salah satu terobosan penting dalam bidang radioterapi yang telah menunjukkan potensi besar dalam meningkatkan respons tumor dan mengurangi efek samping pada pasien,” kata Prof Soehartati di Gedung IMERI FKUI Salemba Jakarta, Senin (29/4/2024).

“Namun, pemahaman mekanisme tentang efek bystander dan abscopal dari SFGRT masih terbatas. Dalam penelitiannya, dr Angela Giselvania berhasil mengungkap untuk pemahaman lebih lanjut  mekanisme dan dampak dari fenomena ini sehingga terjadi efek radiasi mematikan sel kanker diluar daerah target radiasi lebih dapat dipahami dan dapat dibuktikan bahwa radiasi tidak hanya berefek lokal seperti yang dikenal selama ini tetapi juga dapat bekerja secara sistemik,” tambahnya.

Baca juga: Menkes Budi: Pentingnya pengelolaan penyakit COVID-19 jangka panjang

Lebih lanjut Prof Soehartati mengatakan SFGRT menggunakan sebuah kolimator khusus yang dalam hal ini mendapatkan hibah dari Prof Sha Chang, PhD, FAAPM, DABR, dari University of North Carolina at Chapel Hill, USA. Dengan teknik GRID, radiasi dosis tinggi (15-20 Gy) dapat diberikan sebagai fraksi tunggal untuk area tumor yang luas dengan membagi area tersebut dalam lapangan-lapangan yang lebih kecil dengan gradien dosis yang curam, sehingga mengurangi toksisitas keseluruhan dari terapi tersebut.

SFGRT ini diberikan dengan fraksi tunggal dengan atau tanpa diikuti oleh terapi konvensional dengan dosis lengkap.

“Dengan teknik ini diharapkan radiasi yang umumnya bersifat ‘lokal’ dapat menjadi berefek sistemik,” tutup Prof Soehartati. *

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.

More in Kesehatan